Volume Perdagangan Surat Berharga Negara Selasa Kemarin Mencapai Rp25,99 Triliun dari 52 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara pada perdagangan kemarin (27/3) mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (26/3), dimana volume perdagangan yang dilaporkan mencapai Rp25,99 triliun dari 52 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan mencapai Rp13,61 triliun.

Menurut analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra, Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp9,11 triliun dari 170 kali transaksi diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp3,96 triliun dari 144 kali transaksi.

“Adapun dari Surat Berharga Syariah Negara, volume perdagangan terbesar didapati pada Sukuk Negara Ritel seri SR009 senilai Rp396,56 miliar dari 23 kali transaksi dan diikuti oleh Project Based Sukuk (PBS) seri PBS015, senilai Rp200 miliar dari 2 kali transaksi,” jelas I Made kepada Pasardana.id, di Jakarta, Rabu (28/3/2018).

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan mencapai Rp1,19 triliun dari 52 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Pegadaian Tahap II Tahun 2018 Seri A (PPGD03ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp357 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 100,04% dengan tingkat imbal hasil sebesar 5,75% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (BMTR01ACN1) senilai Rp108 miliar dari 11 kali transaksi.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah terbatas di level 13742 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 4 pts (0,03%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika begerak pada kisaran 13692 hingga 13746 per dollar Amerika dengan kecenderungan mengalami penguatan di awal hingga pertengahan sesi perdagangan.

Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut seiring dengan cenderung melemahnya mata uang regional terhadap dollar Amerika.

Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Yuan China (CNY) dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY) dan Peso Philippina (PHP). Adapun yang mengalami penguatan diantaranya adalah Won Korea Selatan (KRW) dan Ringgit Malaysia (MYR).