Volume SBN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp10,94 Triliun dari 37 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (03/12) tercatat senilai Rp10,94 triliun dari 37 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp2,69 triliun.

Dalam riset yang dirilis Selasa (04/12/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0078 kembali menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,800 triliun dari 63 kali transaksi dengan harga terakhir perdagangan di level 103,30% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0070 senilai Rp1,700 triliun dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 101,99%.

Dari perdagangan Sukuk Negara, volume perdagangan terbesar didapati pada Sukuk Negara Ritel seri SR010 senilai Rp165,80 miliar dari 11 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan SR009 senilai Rp125,28 miliar dari 7 kali transaksi.

Sementara itu, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp934,06 miliar dari 26 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. 

Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap I Tahun 2014 Seri D (ISAT01DCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp175,00 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 106,06% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Pegadaian Tahap II Tahun 2018 Seri A (PPGD03ACN2) senilai Rp172,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 99,56%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika kembali ditutup menguat, dengan penguatan sebesar 57,5 pts (0,40%) di level 14244,00 per Dollar Amerika.

Diperdagangkan dengan mengalami penguatan sejak awal perdagangan dan diperdagangkan pada kisaran 14215,00 hingga 14270,00 per Dollar Amerika, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi di tengah mata uang regional yang juga cenderung mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika.

Mata uang Yuan China (CNY) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 1,97% setelah terjadi kesepakatan antara pemerintah China dan Amerika Serikat berkaitan dengan perang dagang antara kedua negara tersebut.

Penguatan mata uang regional diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,91% dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,46%. Adapun mata uang Rupee India (INR) menjadi satu - staunya mata uang regional yang mengalami pelemahan, sebesar 1,14%.

Sementara itu, Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin (03/12) ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan dengan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun masih ditutup di bawah level 3,00%.

Imbal hasil US treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun di level 2,973% dan tenor 30 tahun ditutup turun pada level 3,282%.

Penurunan imbal hasil juga didapati pada surat utang Inggris dan Jerman yang masing - masing ditutup di level 1,315% dan 0,30%.

Adapun kenaikan imbal hasil didapati pada surat utang Singapura di level 2,381% dan surat utang China di level 3,385%.