Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp13,66 Triliun dari 44 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan Jumat (30/11) lalu, tercatat senilai Rp13,66 triliun dari 44 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan mencapai Rp2,47 triliun.

Dalam laporan riset yang dirilis Senin (03/12/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0078 masih menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,135 triliun dari 61 kali transaksi dengan harga terakhir perdagangan di level 102,80% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0070 senilai Rp1,714 triliun dari 28 kali transaksi dengan harga terakhir perdagangan di level 101,85%.

Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp90,00 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 97,02% yang diikuti oleh perdagangan PBS017 senilai Rp90,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 88,07%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp685,89 miliar dari 33 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri B (EXCL01BCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp146,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,07% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1) senilai Rp130,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga terakhir 100,15%. 

Sementara itu, nilai tukar Rupiah pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat sebesar 81,00 pts (0,56%) di level 14301,50 per Dollar Amerika.

Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14276,50 hingga 14355,00 per Dollar Amerika, mata uang Rupiah memimpin penguatan mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap Dollar Amerika.

Selain Rupiah, mata uang regional yang mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika di akhir pekan kemarin adalah Baht Thailand (THB) sebesar 0,20% dan diikuti oleh Rupee India (INR) sebesar 0,07%.

Adapun mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,13% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,06% dan Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,06%.

Dalam sepekan mata uang Rupiah telah mengalami penguatan sebesar 1,66%, menjadikan mata uang Rupiah menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di kawasan regional, yang diikuti oleh mata uang Rupee sebesar 1,30% dan Won sebesar 0,87%.

Sedangkan sepanjang bulan November 2018, mata uang Rupiah mencatatkan penguatan sebesar 6,30% yang juga diikuti oleh mata uang Rupee sebesar 5,97%.

Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan (30/11), ditutup dengan arah perubahan yang bevariasi. Imbal hasil dari surat utang Inggris ditutup turun di level 1,356%.

Sedangkan imbal hasil surat utang Jerman ditutup dengan kenaikan di level 0,322% di tengah fokus investor pada pelaksanaan KTT G-20 di akhir pekan.

Adapun imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan tenor 30 tahun ditutup dengan penurunan, masing - masing di level 2,993% dan 3,294% sebagai respon atas pidato Gubernur Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga acuan Amerika saat ini berada sedikit di bawah level yang netral untuk ekonomi Amerika, mengindikasikan bahwa ke depannya Bank Sentral Amerika tidak akan terlalu agresif untuk menaikkan suku bunga acuan.

Adapun imbal hasil surat utang Philippina pada akhir pekan juga terlihat mengalami penurunan di level 6,961%.