Penguatan Rupiah Lanjutkan Tren Kenaikan Harga SUN Diperdagangan Jumat Lalu
Pasardana.id - Harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan di hari Jumat, 30 November 2018 lalu, melanjutkan tren kenaikan harga yang didorong oleh faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (03/12/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, menutup perdagangan di akhir bulan November 2018, harga Surat Utang Negara ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan hingga mencapai 85 bps, yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 11 bps dengan rata - rata mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 3 bps.
Kenaikan harga yang terbatas, kurang dari 5 bps, didapati pada Surat Utang Negara bertenor pendek sehingga tingkat imbal hasilnya juga mengalami penurunan yang terbatas kurang dari 5 bps.
Sedangkan harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalanmi kenaikan berkisar antara 7 bps hingga 15 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 3 bps.
Sementara itu, kenaikan harga yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang, yaitu hingga mencapai 85 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 11 bps.
Kenaikan harga juga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk tenor 5 tahun, 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 2 bps berturut - turut di level 7,783%; 8,062% dan 8,172%.
Adapun untuk seri acuan dengan tenir 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1 bps di level 7,820% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 8 bps.
“Kenaikan harga yang terjadi dalam perdagangan sepekan terakhir telah mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata sebesar 9,5 bps dengan penurunan imbal hasil terbesar hingga mencapai 18,5 bps,” jelas I Made.
Lebih rinci dijelaskan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin (30/11), masih didukung oleh faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta penurunan imbal hasil surat utang global. Selain itu, kenaikan harga juga didukung oleh aktivitas pelaku pasar yang berupaya untuk menjaga kinerja portofolio mereka pada hari perdagangan terakhir di bulan November.
Baca juga : Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp13,66 Triliun dari 44 Seri
Dengan kenaikan harga yang terjadi pada akhir pekan kemarin, maka di sepanjang bulan November 2018, instrumen Surat Berharga Negara memberikan tingkat imbalan (total return) kepada investor sebesar 4,47% yang tercermin pada kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return sebesar 10,10 pts di level 236,20.
“Hanya saja kinerja instrumen Surat Berharga Negara di tahun 2018 masih mencatatkan kinerja negatif, dengan mengalami penurunan sebesar 1,66% dibandingkan di posisi akhir tahun 2017,” terang I Made.
Adapun di pasar surat utang korporasi, di bulan November mencatatkan kinerja positif sebesar 2,42% dengan INDOBeX Corporate Total Return berada di level 261,29 mengalami kenaikan sebesar 6,17 pts dibandingkan dengan posisi di akhir bulan Oktober 2018.
Surat utang korporasi di tahun 2018 masih memberikan imbal hasil positif dengan mengalami kenaikan INDOBeX Corporate Total Return sebesar 3,25%.
Kenaikan harga pada perdagangan terakhir di bulan November 2018 juga didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar, senilai Rp13,66 triliun.
Sementara itu, harga Surat Utang Negara dengan mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin juga terlihat mengalami kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury dan turunnya angka Credit Default Swap (CDS) yang mencerminkan membaiknya persepsi risiko terhadap instrumen Surat Utang Negara.
Hanya saja, kenaikan harga yang terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika tidak sebesar yang terjadi pada Surat uatng Negara dengan mata uang Rupiah.
Harga dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 6 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasilnya sebesar 1,5 bps di level 4,303%.
Kenaikan harga yang lebih besar didapati pada INDO43 yang mengalami kenaikan sebesar 15 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya sebesar 1 bps di level 5,401%.

