Volume SBN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp7,43 Triliun dari 36 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (17/12), tercatat senilai Rp7,43 triliun dari 36 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,70 triliun.

Dalam riset yang dirilis Selasa (18/12/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara Ritel seri ORI015 masih menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,435 triliun dari 1241 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0070 senilai Rp886,90 miliar dari 10 kali transaksi.

Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS006 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp125,00 miliar dari 6 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan PBS016 senilai Rp111,00 miliar dari  4 kali transaksi.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,92 triliun dari 48 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap III Tahun 2018 Seri A (SMII01ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp217,00 miliar dari 16 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri A (BAFI02A) senilai Rp200,60 miliar dari 4 kali transaksi.

Adapun Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (SIBMTR01ACN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp412,00 miliar dari 14 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank Maybank Indonesia Tahap II Tahun 2016 (SMBNII01CN2) senilai Rp31,4 miliar dari 7 kali transaksi.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup menguat terbatas sebesar -1,30 pts (-0,01%) di level 14580,00 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan pada kisaran 14580,00 hingga 14625,50 per Dollar Amerika.

Bergerak dengan mengalami kecenderungan mengalami pelemahan sejak awal sesi perdagangan, ditutupnya nilai tukar Rupiah dengan mengalami penguatan terbatas didorong oleh intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Mata uang regional pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dimana mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,38% yang diikuti oleh mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,17% dan Yuan China (CNY) sebesar 0,14%. Sedangkan mata uang Peso Philippina memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,17% yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,06%.

Disisi lain, imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dengan penurunan imbal hasil masih didapati pada US Treasury.

Jelang pelaksanaan FOMC Meeting, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 2,857% dan 3,124% di tengah fokus investor terhadap potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta koreksi yang kembali terjadi di pasar sahamnya.

Sedangkan imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan, masing - masing di level 1,271% dan 0,255%.

Semenatra itu, imbal hasil surat utang Jepang ditutup dengan mengalami kenaikan di level 0,029% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,027%.