Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp8,44 Triliun dari 35 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan (07/12) lalu, tercatat senilai Rp8,44 triliun dari 35 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,07 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (10/12/20180, analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0070 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp1,681 triliun dari 33 kali transaksi dengan harga terakhir di level 101,75% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,095 triliun dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 91,48%.
Adapun Project Based Sukuk seri PBS017 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp65,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 88,15% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS019 senilai Rp55,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,63%.
Sementara itu, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,02 triliun dari 40 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri C (SIEXCL02CCN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp200,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,04% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Ijarah Indosat V Tahun 2012 (SIISAT05) senilai Rp4,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,40%.
Adapun Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri B (EXCL01BCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp108,00 miliar dari 9 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Maybank Finance Tahap I Tahun 2018 Seri A (BIIF02ACN1) senilai Rp102,00 miliar dari 8 kali transaksi.
Disisi lain, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan mengalami penguatan, sebesar 40,0 pts (0,28%) di level 14480,00 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi pada kisaran 14457,50 hingga 14533,00 per Dollar Amerika.
Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap Dollar Amerika.
Mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,33% yang diikuti oleh mata uang rupiah dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,09%.
Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,11% yang diikuti oleh mata uang Dollar Hongkong (HKD) sebesar 0,07% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,05%.
Dalam sepekan terakhir, mata uang regional juga terliihat bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi, dimana mata uang Rupee dan Rupiah masing - mesing mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika sebesar 1,54% dan 1,23%.
Adapun mata uang Yuan China (CNY) terlihat mengalami penguatan sebesar 1,13% yang diikuti oleh mata uang Yen Jepang sebesar 0,68%.
Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi seiring dengan beragamnya katalis di pasar surat utang global.
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 2,823% dan 3,116% setelah pasar sahamnya mengalami penurunan yang cukup besar, hingga mencapai 2,24% (DJIA) mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman.
Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman masing - masing ditutup dengan mengalami kenaikan di level 1,273% dan 0,247%.
Dalam sepekan terakhir, imbal hasil surat utang global cenderung mengalami penurunan di tengah koreksi yang cukup besar di pasar saham mendorong investor utntuk menempatkan dananya pada aset yang lebih aman (safe haven asset).
Imbal hasil surat utang Jepang mengalami perserntase penurunan terbesar dari posisi 0,087% turun ke level 0,053%.

