Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp13,16 Triliun dari 36 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin (02/11), tercatat senilai Rp13,16 triliun dari 36 seri Surat Berharga Negara, yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,10 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (05/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,90 triliun dari 155 kali transaksi di harga rata - rata 99,62% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,44 triliun dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 90,95%.
Adapun Project Based Sukuk seri PBS015 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp192,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 83,29% yang diikuti oleh perdagangan PBS019 senilai Rp120,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 98,67%.
Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp868,35 miliar dari 34 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VI Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN6) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp205,0 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,02% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Waskita Karya Tahap II Tahun 2015 Seri B (WSKT01BCN2) senilai Rp90,0 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 102,64%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat sebesar 172,50 pts (1,14%) di level 14955,00 per Dollar Amerika.
Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14955,00 hingga 15100,00 per Dollar Amerika, penguatan nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika.
Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 1,45% yang diikuti oleh penguatan mata uang Rupee India (INR) sebesar 1,33% di tengah adanya rencana perundingan antara pemerintah Amerika Serikat dengan China sehubungan dengan tarif dagang kedua negara tersebut.
Dengan adanya penguatan di akhir pekan tersebut, maka dalam sepekan terakhir, mata uang Rupiah telah mengalami penguatan sebesar 1,75% adapun mata uang Won Korea Selatan mengalami penguatan sebesar 1,79%.
Mata uang regional yang menunjukkan pelemahan terhadap Dollar Amerika dalam sepekan terakhir adalah Yen Jepang (JPY) yang mengalami pelemahan sebesar 0,84%.
Sementara itu, Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan kemarin (02/11), bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang didapati pada surat utang negara - negara maju.
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup naik pada level 3,208% dan 3,452% didukung oleh data sektor tenaga kerja Amerika Serikat yang terus menunjukkan perbaikan.
Data sektor tenaga kerja Amerika Serikat di bulan Oktober 2018 yang disampaikan pada hari Jumat, 2 November 2018 menunjukkan adanya penambahan jumlah tenaga kerja sebesar 250 ribu di bulan Oktober di atas estimasi analis yang memperkirakan adanya penambahan sebesar 190 ribu.
Selain bertambahnya jumlah tenaga kerja, kenaikan tingkat upah pekerja di Amerika Serikat juga mengindikasikan adanya perbaikan di sektor tenaga kerja Amerika, dimana hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi Bank Sentral Amerika untuk mempertahankan kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan imbal hasil US treasury juga diikuti oleh kenaikan imbal hasil surat utang Jerman dan Inggris, yang pada akhir pekan kemarin masing - masing ditutup di level 0,438% dan 1,495%.
Adapun surat utang regional yang mengalami penurunan imbal hasil adalah surat utang India di level 7,770% dan surat utang Thailand yang turun di level 2,804%.

