ANALIS MARKET (05/11/2018) : Kenaikkan Imbal Hasil Obligasi Masih Menjadi Trendsetter November Ini

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset Kiwoom Sekuritas menyebutkan, trend kenaikkan imbal hasil obligasi masih menjadi trendsetter pada bulan November ini.

Analis Kiwoom Sekuritas, Maximilianus Nicodemus mengungkapkan, setelah sebelumnya hampir mengubah trend kenaikkan menjadi penurunan dalam jangka pendek dan menengah, namun sayang gema stabilitas ekonomi Italia membuat imbal hasil obligasi dalam negeri kembali merangkak naik.

“Memang benar, sebelumnya disampaikan bahwa, bulan Oktober dan November merupakan masa tenang nilai Rupiah dan obligasi, serta tingkat volatilitasnya. Namun kenyataannya, sentiment-sentiment global lainnya seperti stabilitas ekonomi Italia dan Afrika Selatan, tekanan Trump kepada The Fed, hingga turunnya Kanselir Jerman Merkel menjadi sebuah cerita sendiri dalam dinamika ekonomi,” terang Nico dalam laporan riset yang dirilis Senin (05/11/2018).

Ditambahkan, pergerakan Rupiah yang masih sangat fluktuatif juga memberikan implikasi terhadap pergerakan pasar modal dalam Negeri.

“Dibulan November ini kami menilai bahwa, pasar obligasi masih akan mengalami tekanan kenaikkan imbal hasil obligasi,” ujar Nico.

Hal tersebut, jelas Nico, didukung oleh pelemahan Rupiah serta sentiment global, akan mendorong imbal hasil obligasi 5 tahun akan bergerak dalam rentang 8.35 – 8.60, obligasi 10 tahun akan bergerak dengan rentang 8.60 – 8.80, obligasi 15 tahun akan berada dalam rentang 8.80 – 8.90, dan terakhir obligasi 20 tahun akan berada pada rentang 9.05 – 9.20.

Menurut Nico, beberapa langkah strategis dapat dilakukan para pelaku pasar dalam menyikapi kondisi tersebut diatas.

“Kami menyarankan bahwa investor yang ingin melakukan pembelian obligasi dapat bertahan terlebih dahulu. Mengambil melalui lelang mungkin merupakan jalan terbaik. Pengambilan dipasar sekunder dapat dilakukan apabila harga tersebut berada di titik terendahnya, puncaknya adalah ketika bulan Desember dimana The Fed akan melakukan kenaikkan tingkat suku bunganya, sehingga memberikan potensi kenaikkan BI 7 D RR yang akan menyebabkan kenaikkan imbal hasil obligasi. Hal ini tentu memberikan kesempatan yang terbaik bagi para pelaku pasar dan investor untuk melakukan pembelian. Strategi durasi investasi tetap kepada durasi jangka menengah hingga panjang. Seri seri obligasi yang menjadi benchmark baru tetap bisa di lirik sebagai persiapan untuk memiliki obligasi benchmark yang baru. Fixed Rate 77 dan Fixed Rate 78 bisa jadi akan menjadi primadona baru,” tutur Nico.