Volume SBN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp11,51 Triliun dari 41 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (29/11), mencapai Rp11,51 triliun dari 41 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,83 triliun.

Dalam laporan riset yang dirilis Jumat (30/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,091 triliun dari 84 kali transaksi dan ditutup di harga 102,60% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,669 triliun dari 66 kali transaki dengan harga tertinggi di level 101,85%.

Adapun Project Based Sukuk seri PBS017 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp240,00 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 87,72% dan diikuti oleh perdagangan seri PBS012 senilai Rp70,00 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,90%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp797,80 miliar dari 53 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN3) dengan peringkat "A-(idn)" menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp111,30 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,15% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap III Tahun 2018 Seri A (ISAT02ACN3) dengan peringkat "idAAA" senilai Rp100,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,26%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup menguat sebesar 146,50 pts (1,01%) di level 14382,50 per Dollar Amerika, menjadikan mata uang Rupiah menjadi mata uang regional dengan penguatan terbesar kedua setelah mata uang Rupee India (INR) yang menguat sebesar 1,08% terhadap dollar Amerika.

Bergerak menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14339,00 hingga 14465,00 per Dollar Amerika, penguatan mata uang Rupiah terjadi di tengah mata uang regional yang mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika seiriing dengan pelemahan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia.

Dengan penguatan pada perdagangan kemarin, maka dalam lima hari terakhir, mata uang Rupiah telah mengalami penguatan sebesar 1,37% terhadap Dollar Amerika.

Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan yang dipimpin oleh penurunan imbal hasil US Treasury.

Merespon pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika terhadap prospek tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun di level 3,026% bahkan sempat berada di level 2,997%, dimana pada tenor 30 tahun tingkat imbal hasilnya justru terlihat mengalami kenaikan terbatas di level 3,339%.

Tingkat imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris pada perdagangan kemarin juga ditutup turun masing - masing di level 0,326% dan 1,364%.

Adapun surat utang Jepang pada perdagangan kemarin ditutup turun di level 0,077% dan surat utang Philippina ditutup turun di level 6,961%.

“Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin kembali mendorong harga Surat Utang Negara kembali mendekati arae jenuh beli (overbought), bahkan untuk beberapa seri telah berada pada area jenuh beli. Hal tersebut kami perkirakan akan menyebabkan harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas meskipun masih berpeluang untuk mengalami kenaikan. Kondisi tersebut terlihat pada pergerakan harga beberapa seri Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin yang terlihat terbatas meskipun nilai tukar Rupiah mengalami penguatan yang cukup besar terhadap Dollar Amerika,” tandas I Made.