Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp10,55 Triliun dari 37 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin (23/11), tercatat senilai Rp10,55 triliun dari 37 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp4,61 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (26/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,180 triliun dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 91,68% yang diikuti oleh perdagangan Pbligasi Negara seri FR0078 senilai Rp2,048 triliun dari 80 kali transaksi dengan harga tertinggi yang dilaporkan di level 102,65%.
Project Based Sukuk seri PBS019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp315,00 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 99,88% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS012 senilai Rp93,00 miliar dari 16 kali transaksi di harga rata - rata 100,80%.
Adapun dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp774,7 miliar dari 34 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC Tahap I Tahun 2018 seri A (NISP03ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp140,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 99,28% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri A (SMLPPI01A) senilai Rp100,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,0%.
Rata - rata volume perdagangan surat utang korporasi pada sepekan kemarin sebesar Rp519,59 miliar, mengalami penurunan dibandingkan dengan rata - rata volume perdagangan pada pekan sebelumnya yang sebesar Rp923,30 miliar.
Sementara itu, mata uang Rupiah memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, setelah pada akhir pekan kemarin ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 36,00 pts (0,25%) di level 14544,00 per Dollar Amerika.
Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14512,5 hingga 14556,50 per Dollar Amerika, penguatan nilai tukar Rupiah pada akhir pekan kemarin terjadi di tengah pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bervariasi terhadap Dollar Amerika.
Selain Rupiah, mata uang regional yang mengalami penguatan diantaranya adalah Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,13% dan Yen Jepang (JPY) sebesar 0,10%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika, dipimpin oleh mata uang Yuan China (CNY) sebesar 0,22% dan diikuti oleh mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,18%.
Adapun dalam sepekan terakhir, mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, yaitu sebesar 1,74% dan diikuti oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,51%.
Adapun mata uang Rupiah dalam sepekan terlihat mengalami penguatan sebesar 0,50% terhadap Dollar Amerika.
Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan ditengah gejolak yang terjadi di pasar saham global.
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup turun di level 3,048% dan 3,306% setelah indeks sahamnya mengalami penurunan yang didorong oleh penurunan harga saham sektor teknologi dan penurunan harga komoditas minyak.
Sementara itu imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman juga ditutup dengan penurunan, masing - masing di level 1,384% dan 0,343%.
Dengan penurunan imbal hasil di akhir pekan kemarin, maka sebagian besar imbal hasil surat utang global mengalami penurunan dengan persentase penurunan terbesar didapati pada imbal hasil surat utang Jepang, yang turun dari level 0,104% ke level 0,093% dan diikuti oleh surat utang Jerman yang turun dari level 0,366% ke level 0,343%.

