Volume SBN Diperdagangan Senin Lalu Senilai Rp5,37 Triliun dari 31 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan hari Senin, 19 November 2018, tercatat senilai Rp5,37 triliun dari 31 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,83 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Rabu (21/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,28 triliun dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 91,49% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp737,75 miliar dari 25 kali transaksi di harga rata - rata 101,52%.
Sedangkan Sukuk Negara Ritel seri SR010 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp77,19 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 96,17% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS019 senilai Rp50,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,61%.
Sementara itu, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp403,71 miliar dari 30 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap I Tahun 2016 Seri B (SMII01BCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp90,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank BTN Tahap II Tahun 2013 (BBTN01CN2) senilai Rp40,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%.
Adapun nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di hari Senin ditutup dengan mengalami penguatan, sebesar 24,00 pts (0,16%) di level 14587,50 per Dollar Amerika.
Dibuka menguat pada level 14545,00 per Dollar Amerika, penguatan mata uang Rupiah didukung oleh kesepakatan antara Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Tiongkok (People’s Bank of China – PBC) memperbarui perjanjian swap bilateral dalam mata uang lokal (Bilateral Currency Swap Arrangement – BCSA) senilai CNY200 miliar (setara US$30 miliar) pada hari Jum'at, 16 November 2018.
Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 14545,00 hingga 14624,00 per Dollar Amerika, penguatan mata uang Rupiah terjadi di tengah beragamnya arah perubahan mata uang regional. Mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,42% yang diikuti oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,28% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,24%.
Adapun mata uang Yuan China (CNY) ditutup dengan mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika sebesar 0,07% dan diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,04%.
Sementara itu, imbal hasil surat utang negara - negara maju pada perdagangan di hari Selasa ditutup dengan mengalami penurunan seiring dengan koreksi yang terjadi pada pasar saham global mendorong permintaan terhadap instrumen yang lebih aman (safe haven asset).
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup turun pada level 3,061% dan 3,314% setelah indeks saham Dow Jones mengalami penurunan sebesar 551,18 pts (2,21%) dan indeks saham NASDAQ yang mengalami penurunan sebesar 119,65 pts (1,70%).
Hal yang sama juga terjadi pada surat utang Jerman yang ditutup turun pada level 0,354% setelah indeks saham DAX ditutup turun sebesar 178,13 pts (1,58%) dan imbal hasil dari surat utang Inggris yang turun di level 1,383% setelah pasar sahamnya mengalami penurunan sebesar 52,97 pts (0,76%).

