Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp10,78 Triliun dari 39 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp10,78 triliun dari 39 seri Surat Berharga Negara yangt diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp803,51 miliar.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (19/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0069 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,31 triliun dari 30 kali transaksi di harga rata - rata 100,67% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,41 triliun dari 54 kali transaksi di harga rata - rata 100,77%.
Sementara itu Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp 584,02 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 100,62% yang diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS08022019 senilai Rp300,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga 98,74%.
Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp775,08 miliar dari 34 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri B (SIEXCL02BCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp160,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,02% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri B (EXCL01BCN1) senilai Rp86,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,02%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat sebesar 53,50 pts (0,36%) pada level 14611,50 per Dollar Amerika.
Bergerak menguat sejak awal perdagangan, nilai tukar Rupiah bergerak pada kisaran 14556,50 hingga 14622,50 per Dollar Amerika di tengah mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap Dollar Amerika. Pada akhir pekan kemarin, mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,44% yang diikuti oleh mata uang Rupiah dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,17%.
Adapun mata uang Yuan China (CNY) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,16% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,15%.
Dalam sepekan, mata uang regional cenderung bergerak dengan mengalami penguatan terhadap mata uang Dollar Amerika, dimana mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan, yaitu sebesar 0,79% yang diikuti oleh mata uang Yen Jepang sebesar 0,58% dan Peso Philippina sebesar 0,47%. Mata uang Rupiah dalam sepekan mengalami penguatan sebesar 0,45% terhadap Dollar Amerika.
Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan beragamnya sentiman yang ada di pasar surat utang global. Imbal hasil surat utang global yang mengalami kenaikan didapati pada surat utang Jerman dan Inggris yang ditutup pada level 0,373% dan 1,414% ditengah pelaku pasar yang fokus pada agenda Brexit.
Adapun imbal hasil US Treasury pada akhir pekan ditutup dengan mengalami penurunan, dimana untuk tenor 10 tahun ditutup pada level 3,066% dan 30 tahun di level 3,319%. Penurunan imbal hasil US Treasury tersebut merespon pernyataan pejabat Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa Bank Sentral Amerika akan bergantung terhadap data indikator ekonomi Amerika sebelum kembali memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan di masa mendatang.
Dalam sepekan terakhir, imbal hasil surat utang global, terutama di negara - negara berkembang, cenderung mengalami penurunan di tengah meningkatnya permintaan terhadap safe haven asset seiring dengan koreksi besar yang terjadi di pasar saham.

