Volume SBN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp9,85 Triliun dari 39 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (15/11), tercatat senilai Rp9,85 triliun dari 39 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dimana volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,27 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Jumat (16/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0077 kembali menjadi Surat Utang Negara degan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,64 triliun dari 71 kali transaksi di harga rata - rata 100,43% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp1,43 triliun dari 56 kali transaksi di harga rata - rata 101,14%.
Sementara itu, Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11012019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp250,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,17% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS019 senilai Rp170,00 dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 99,51%.
Sedangkan volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp703,85 miliar dari 50 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri A (BFIN04ACN1) menjadio surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp60,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,98% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap V Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN5) senilai Rp50,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,63%.
Sementara itu, mata uang Rupiah pada perdagangan kemarin (15/11), memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, dengan mengalami penguatan sebesar 121,50 pts (0,82%) di level 14665,00 per Dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14645,00 hingga 14782,50 per Dollar Amerika, nilai tukar Rupiah terlihat mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan di tengah kondisi defisit neraca perdagangan yang melebihi perkiraan serta keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan.
Mata uang regional cenderung mengalami penguatan terhadap mata uang Dollar Amerika.
Setelah mata uang Rupiah, penguatan diikuti oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,57% dan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,44%.
Sementara itu, pergerakan imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan yang dipimpin oleh penurunan imbal hasil dari surat utang Inggris.
Imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) ditutup turun di level 1,357% setelah pasar saham di kawasan Uni Eropa mengalami penurunan. Sementara itu imbal hasil surat utang Jerman juga ditutup dengan penurunan di level 0,371%.
Adapun imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup turun masing - masing di level 3,114% dan 3,362%.
Sedangkan imbal hasil surat utang India mengalami kenaikan di level 7,746% sebagaimana kenaikan imbal hasil surat utang Indonesia.

