Penguatan Rupiah Berlanjut, Harga SUN Diperdagangan Kamis Kemarin Cenderung Naik
Pasardana.id - Pada perdagangan hari Kamis, 15 November 2018 kemarin, harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Dalam laporan riset yang dirilis Jumat (16/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin hingga mencapai 90 bps dimana kecenderungan kenaikan harga terlihat pada tenor 5 tahun hingga 20 tahun sedangkan pada tenor lainnya terlihat mengalami penurunan harga.
Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek bergerak terbatas kurang dari 5 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 2 bps.
Sedangkan pada tenor menengah, terjadi kenaikan harga hingga mencapai 20 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 1 bps hingga 4 bps.
Sementara itu harga dari Surat Utang Negara (SUN) dengan tenor panjang bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan hingga sebesar 90 bps sehingga perubahan tingkat imbal hasil pada tenor tersebut berkisar antara 1 bps hingga 11 bps.
Harga dari Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin (15/11), juga terlihat bervariasi, dimana untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 10 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps di level 8,078%.
Sedangkan untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun, 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan harga, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 5 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 1 bps di level 7,972%.
Adapun untuk tenor 15 tahun dan 10 tahun harganya mengalami kenaikan masing - masing sebesar 30 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 3 bps masing - masing di level 8,311% dan 8,487%.
Menurut I Made, pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin (15/11), kembali didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di tengah mata uang Dollar Amerika yang masih mengalami pelemahan terhadap mata uang utama dunia. Meskipun data neraca perdagangan di bulan Oktober 2018 mengalami defisit yang melebihi perkiraan, yaitu mencapai US$1,82 miliar, nilai tukar Rupiah masih mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika.
Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps di level 6,00% mendapatkan respon positif dari pelaku pasar yang terlihat pada nilai tukar Rupiah yang semakin menunjukkan penguatan terhadap Dollar Amerika.
Katalis positif dari pergerakan nilai tukar Rupiah tersebut mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, meskipun pada beberapa seri Surat Utang Negara dengan tenor di atas 20 tahun justru terlihat mengalami penurunan harga.
Volume perdagangan Surat Utang Negara yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan level perdagangan sebelumnya mengindikasikan bahwa pelaku pasar menyambut positif keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan.
Sementara itu, dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harga yang terjadi relatif terbatas namun dengan dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap gejolak yang terjadi di pasar saham global turut mempengaruhi pasar surat utang negara - negara berkembang.
Harga INDO28 dan INDO43 mengalami penurunan masing - masing sebesar 10 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 1,5 bps untuk INDO28 di level 4,808% dan kenaikan kurang dari 1 bps untuk imbal hasil INDO43 di level 5,446%.
Sedangkan harga INDO23 tidak banyak mengalami perubahan sehingga tingkat imbal hasilnya masih berada pada level 4,347%.

