ANALIS MARKET (16/11/2018) : Pasar Obligasi Diperkirakan Masih Berpotensi Mengalami Penguatan

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, pagi ini pasar obligasi diperkirakan masih berpotensi mengalami penguatan, meskipun sebetulnya secara teoritis ketika Bank Indonesia melakukan kenaikkan tingkat suku bunga, akan menuntut imbal hasil obligasi untuk mengalami tingkat kenaikkan lebih tinggi.

Analis Kiwoom Sekuritas, Maximilianus Nicodemus mengungkapkan, sepanjang tahun ini, Bank Indonesia dan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun memiliki spread rata rata sebesar 2.46, sehingga apabila kalau kita menilik imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun, saat ini yang berada di kisaran 8.10 dan BI7DRR yang saat ini berada di 6%, maka imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun akan berada di 8.46, sehingga ada potensi pelemahan disana.

“Sejauh ini, tentu respon kenaikkan BI7DRR masih dapat dikatakan positif, namun demikian sentiment global juga harus diperhatikan,” jelas Nico dalam laporan riset yang dirilis Jumat (16/11/2018).

Lebih lanjut diungkapkan, salah satu yang menghangat adalah proses Brexit yang sudah berjalan mulus, saat ini mulai kembali terguncang dengan pengunduran diri Perdana Menteri Urusan Brexit, Dominic Raab. Meskipun demikian, Theresa May pada akhirnya berhasil memenangkan draf kesepakatan di tingkat pertama parlemen. 326 yang menyatakan setuju, dan 290 yang menolak. Keyakinan Theresa May sangat penting saat ini untuk terus membawa proses ini hingga selesai. Selanjutnya draf ini akan dibawa ke tingkat Eropa dan dirapatkan pada tanggal 25 November nanti.

Fokus berikutnya adalah potensi tidak adanya kenaikkan tingkat suku bunga The Fed pada akhir tahun nanti. Hal ini disampaikan oleh Powell dalam acara di Dallas. Namun probabilitas kenaikkan The Fed masih berkisar 72.3%.

“Menyikapi beberapa kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan beli hari ini, namun hati-hati karena pergerakan akan bervariasi,” ujar Nico.

Sebelumnya, diperdagangan obligasi kemarin (15/11), total transaksi meningkat, namun total frekuensi menurun dibandingkan hari sebelumnya (14/11), ditengah-tengah adanya kenaikkan BI 7 DRR kemarin. 

Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi < 1 tahun, diikuti dengan 10 – 15 tahun dan 5 – 7 tahun. Sisanya tersebar dengan volume tidak merata hingga yang berdurasi 20 tahun. Obligasi yang memiliki durasi lebih dari 20 tahun, juga aktif ditransaksikan meksipun tidak banyak.

Adapun Bank Indonesia pada akhirnya membuat kejutan dengan menaikkan tingkat suku bunganya. Sesuatu yang dinanti oleh banyak orang karena selama ini Bank Indonesia bersikap menunggu dan bereaksi akan situasi dan kondisi yang terjadi.