Volume SBN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp5,61 Triliun dari 30 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan kemarin (12/11), tercatat senilai Rp5,61 triliun dari 30 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp809,11 miliar.
Dalam laporan riset yang dirilis Selasa (13/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,04 triliun dari 42 kali transaksi di harga rata - rata 100,61% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp817,86 miliar dari 40 kali transaksi di harga rata - rata 99,95%.
Sedangkan Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp400,00 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 98,73% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR008 senilai Rp226,86 miliar dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 100,53%.
Sementara itu, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,04 triliun dari 46 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi II Intiland Development Tahun 2016 Seri A (DILD02A) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp175,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,95% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap III Tahun 2018 Seri A (ISAT02ACN3) senilai Rp100,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,00%.
Adapun nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika kembali ditutup dengan pelemahan, sebesar 142,50 pts (0,97%) di level 14820,00 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14732,50 hingga 14836,00 per Dollar Amerika, menjadikan mata uang Rupiah menjadi mata uang regional dengan pelemahan terbesar terhadap Dollar Amerika.
Setelah mata uang Rupiah, mata uang regional yang mengalami pelemahan adalah Peso Philippina (PHP) sebesar 0,62% dan Rupee India (INR) sebesar 0,59%. Pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika tersebut terjadi seiring dengan menguatnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia sebagai respon dari sinyal berlanjutnya kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika.
Lebih lanjut diungkapkan, dari pasar surat utang global, imbal hasil surat utang negara - negara maju terlihat mengalami penurunan sedangkan pada surat utang negara - negara berkembang justru mengalami kenaikan.
Imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan, masing - masing di level 1,452% dan 0,398%.
Penurunan imbal hasil juga didapati pada surat utang Jepang di level 0,105%. Adapun pada surat utang India dan Thailand ditutup dengan mengalami kenaikan imbal hasil, masing - masing di level 7,813% dan 2,821%.
Sedangkan imbal hasil US Treasury tidak mengalami perubahan dikarenakan liburnya pasar surat utang Amerika.

