Imbal Hasil SUN Diperdagangan Senin Kemarin Kembali Naik Ditengah Berlanjutnya Penguatan Dolar AS
Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) diperdagangan kemarin (12/11), kembali mengalami kenaikan di tengah berlanjutnya penguatan nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah.
Dalam laporan riset yang dirilis Selasa (13/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, kenaikan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin hingga sebesar 15 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 7 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor di atas 5 tahun.
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan yang berkisar antara 2 bps hingga 10 bps setelah mengalami adanya penurunan harga hingga sebesar 30 bps.
Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 11 bps di tengah adanya penurunan harga yang berkisar antara 25 bps hingga 40 bps.
Sedangkan Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan imbal hasil hingga sebesar 15 bps yang didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 10 bps hingga 100 bps.
Ditambahkan, Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin (12/11) juga mengalami kenaikan, dimana untuk tenor 5 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil masing - masing sebesar 11 bps di level 8,014% dan 8,640%. Sementara itu, untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 10 bps masing - masing di level 8,185% dan 8,453%.
Menurut I Made, berlanjutnya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh terus berlanjutnya penguatan nilai tukar Dollar Amerika terhadap nilai tukar Rupiah.
Di tengah menguatnya mata uang Dollar Amerika seiring dengan sinyal berlanjutnya kebijakan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan, nilai tukar Rupiah dalam dua hari perdagangan terakhir terlihat mengalami pelemahan yang juga didorong oleh faktor domestik yaitu melebarnya angka defisit neraca berjalan (Current Account Deficit) di kuartal III 2018.
“Hal tersebut menjadi katalis negatif bagi perdagangan Surat Utang Negara dimana pada perdagangan kemarin investor melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga mendorong terjadinya koreksi harga,” terang I Made.
Hanya saja, lanjut dia, koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder tersebut tidak didukung oleh adanya peningkatan volume perdagangan dimana hal tersebut mengindikasikan bahwa investor masih menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder.
Sementara itu, koreksi harga juga didukung oleh faktor teknikal, dimana indikator teknikal yang menunjukkan bahwa harag Surat Utang negara masih berada pada area jenuh beli (overbought), sehingga adanya momentum pelemahan nilai tukar Rupiah digunakan investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking).
Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harga yang terjadi relatif terbatas di tangah liburnya pasar Surat Utang Amerika dalam rangka peringatan hari Veteran (Veterans Day).

