Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp9,36 Triliun dari 35 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan (09/11) lalu, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (08/11), yang mengindikasikan pelaku pasar yang menahan diri melakukan transaksi jelang disampaikannya data Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal III 2018.

Laporan riset MNC Securities yang dirilis Senin (12/11/2018) menyebutkan, volume perdagangan yang dilaporkan pada Jumat (09/11) lalu, tercatat senilai Rp9,36 triliun dari 35 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,03 triliun.

Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,71 triliun dari 35 kali transaksi di harga rata - rata 87,58% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,04 triliun dari 33 kali transaksi di harga rata - rata 100,43%.

Sementara itu, Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp525,02 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 100,62% dan diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11012019 senilai Rp150,0 miliar dari 1 kali transaksi di harga 99,08%.

Lebih lanjut diungkapkan, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp618,66 miliar dari 32 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A (MEDC03ACN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp158,0 miliar dari 1 kali transaksi di harga 101,18% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi I Marga Lingkar Jakarta Tahun 2017 Seri E (MLJK01E) senilai Rp56,0 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 93,98%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada Jumat (09/11) lalu, ditutup dengan mengalami pelemahan sebesar 138,50 pts (0,95%) di level 14677,50 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14607,50 hingga 14694,00 per Dollar Amerika.

Pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut terjadi seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika setelah hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika menunjukkan bahwa Bank Sentral Amerika memberikan sinyal masih akan berlanjutnya kebijakan kenaikan suku bunga acuan.

Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, sebesar 1,02% yang diikuti oleh mata uang Rupiah dan Peso Philippin (PHP) sebesar 0,75%.

Sedangkan dalam sepekan terakhir, mata uang Rupiah menunjukkan penguatan terhadap mata uang Dollar Amerika, sebesar 1,89% yang diikuti oleh penguatan mata uang Peso Philippina sebesar 1,09% di saat mata uang regional lainnya bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Dengan demikian, di sepanjang bulan November 2018, nilai tukar Rupiah mencatatkan penguatan sebesar 3,58% terhadap Dollar Amerika yang merupakan kinerja terbaiknya di tahun 2018.

Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan (09/11) lalu, bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan yang dipimpin oleh penurunan imbal hasil surat utang Jerman.

Imbal hasil surat utang Jerman dengan tenor 10 tahun pada perdagangan di akhir pekan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,408% begitu pula imbal hasil surat utang Inggris yang ditutup turun di level 1,493%.

Sedangkan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 3,186% dan 3,388%.

Sementara itu, dalam sepekan terakhir imbal hasil surat utang global terlihat bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan termasuk pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara baik  dengan denominasi mata uang Rupiah maupun Dollar Amerika.