Belasan Emiten Raih Top CSR 2018
Pasardana.id – 14 perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) meraih penghargaan TOP CSR 2018 yang diselenggarakan oleh TOP Business dengan sejumlah lembaga kredibel seperti Komite Nasional Kebijakan Governance/KNKG, Masyarakat CSR Indonesia, SGL Management, Asia Business Research Center, Mitra Bhadra Consulting, Yayasan PAKEM, PPM Manajemen, Alvara, Indonesia CSR Society, Dwika Consulting, Sinergi Daya Prima, dan Solusi Kinerja Bisnis.
14 emiten itu adalah PT ABM Investama Tbk, PT Astra International Tbk, PT Blue Bird Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Gajah Tunggal Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT Polychem Tbk, PT Prodia Widya Husada Tbk, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, PT United Tractors Tbk dan PT XL Axiata Tbk.
Menurut Ketua Dewan Juri Top CSR 2018 yang juga ketua KNKG, Mas Achmad Daniri bahwa pemenang itu telah melalui penilaian yang dimulai sejak bulan Maret 2018. Rincinya, pemenang dinilai telah menjalankan program CSR/ PKBL/ Community Development terbaik.
“Penilaian CSR didasarkan pada keterkaitan CSR ISO 26000, Strategi Bisnis yang menggunakan pendekatan CSV (creating shared value) dan Praktek tata kelola perusahaan yang baik atau GCG,” jelas Daniri di Jakarta, Kamis (4/10/2018).
Lebih jauh dia mengatakan, ada beberapa temuan penting selama proses penilaian dan penjurian TOP CSR 2018. Diantaranya, sudah banyak CSR perusahaan di Indonesia yang sudah selaras dengan strategi bisnisnya.
Dari hasil pengisian aplikasi SR Index, sektor tambang, energi, dan perbankan, memiliki SR Index tertinggi, dibanding sektor lainnya.
Selain itu, dari aspek tata kelola CSR masih relatif rendah. Masih sedikit perusahaan yang sudah melakukan due diligence terkait pemetaan sosial. Perumusan tanggung jawab sosialnya belum banyak dilakukan secara baik.
“Sebagian perusahaan sudah melakukan perencanaan CSR dengan baik. Kebanyakan perusahaan sudah melakukan pengukuran indikator output (jumlah), tetapi belum banyak yang mengukur indikator dampaknya ke masyarakat,” jelas Daniri.
Untuk itu, dia menyarankan, perusahaan masih perlu mengenali peluang dan tantangan lingkungan sosial, ekonomi di lingkungan bisnis perusahaan, kemudian diselaraskan dengan strategi bisnis untuk membangun keunggulan perusahaan.

