Harga SUN Diperdagangan Senin Kemarin Cenderung Naik Seiring Penurunan Imbal Hasil Surat Utang Global
Pasardana.id - Harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan hari Senin, 29 Oktober 2018 kemarin, bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan, seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global.
Dalam laporan riset Selasa (30/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, perubahan harga yang terjadi berkisar antara 3 bps hingga 75 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 1 bps hingga 10 bps.
Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi hingga sebesar 20 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasilnya hingga mencapai 7 bps.
Sementara itu harga dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami kenaikan yang berkisar antara 3 bps hingga 40 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 10 bps. Adapun untuk tenor panjang, pergerakan harga yang terjadi berkisar antara 5 bps hingga 75 bps yang berdampak terhadap penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 10 bps.
Pada Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan harga yang terjadi relatif terbatas, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan kurang dari 5 bps sehingga tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 8,385%. Sedangkan untuk seri acuan dengan tenor tenor 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan masing - masing sebesar 20 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 3 bps masing - masing di level 8,609%; 8,798% dan 9,020%.
Menurut I Made, pergerakan harga Surat Utang Negara yang mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh penurunan tingkat imbal hasil surat utang global di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham, mendorong investor untuk menempatkan dananya pada instrumen investasi yang lebih aman.
Selain itu, relatif stabilnya pergerakan nilai tukar Rupiah yang bergerak di kisaran 15100 hingga 15200 per Dollar Amerika mendorong investor asing untuk kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara di pasar sekunder.
Hanya saja, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin (29/10) kembali tidak didukung oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar yang masih cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder jelang beberapa agenda ekonomi yang akan disampaikan pada pekan ini.
Adapun dari penawaran Obligasi Negara Ritel seri ORI015, pemerintah meraup dana senilai Rp23,37 triliun dari pemesanan yang dilakukan oleh 41306 investor dengan rata - rata pemesanan senilai Rp565,99 juta.
Dengan penerbitan Obligasi Negara Ritel tersebut, pada tahun 2018 pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara bagi investor ritel senilai Rp41,06 triliun yang terdiri atas penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR010 senilai Rp8,43 triliun, penerbitan Saving Bond Ritel seri SBR003 dan SBR004 yang masing - masing sebesar Rp1,92 triliun dan 7,32 triliun dan terakhir adalah penerbitan ORI015.
Sementara itu, dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, perubahan harga yang terjadi relatif terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan berlanjutnya peningkatan persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). Angka CDS 5 tahun pada perdagangan kemarin naik ke level 160,80 bps. Perubahan harga yang terjadi rata - rata kurang dari 5 bps sehingga perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin didapati kurang dari 1 bps.
Imbal hasil dari INDO23 dan INDO43 tidak banyak mengalami perubahan dan ditutup masing - masing di level 4,351% dan 5,428%.

