Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp5,57 Triliun dari 39 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan (19/10) kemarin, tercatat senilai Rp5,57 triliun dari 39 seri Surat Berharag Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp799,38 miliar.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (22/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Surat Perbendaharaan Negara seri SPN03181213 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp600,20 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,23% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp508,68 miliar dari 47 kali transaksi di harga rata - rata 97,98%.
Sementara itu Sukuk Negara Ritel seri SR010 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp159,61 miliar dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 98,77% dan diikuti oleh perdagangan SR008 senilai Rp52,18 miliar dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 100,41%.
Lebih lanjut diungkapkan, pari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,14 triliun dari 36 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia I Tahun 2018 Seri A (SWMEDP01A) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp424,0 miliar dari 16 kali transaksi di harga rata - rata 100,24% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap IV Tahun 2018 Seri A (FIFA03ACN4) senilai Rp156,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,07%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat terbatas, sebesar 7,50% (0,05%) di level 15187,00 per Dollar Amerika.
Dibuka dengan mengalami pelemahan di awal hingga berlanjut pada pertengahan sesi perdagangan, penguatan terbatas nilai tukar Rupiah didapati jelang berakhirnya sesi perdagangan dengan bergerak pada kisaran 15184,00 hingg 15225,00 per Dollar Amerika.
Penguatan mata uang Rupiah tersebut seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga bebalik arah mengalami penguatan setelah mengalami pelemahan di awal perdagangan. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,49% yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Dollar Singapura (SGD) yang masing - masing mengalami penguatan sebesar 0,28%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan adalah Yen Jepang (JPY) sebesar 0,15% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,05%.
Dalam sepekan mata uang Rupiah terlihat mengalamio penguatan terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,12% di tengah arah pergerakan mata uang regional yang cukup bervariasi.
Mata uang Peso Philippina dalam sepekan mengalami penguatan sebesar 0,80% begitu pula Baht Thailand sebesar 0,44%.
Adapun mata uang Dollar taiwan (TWD) dalam sepekan mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,28% dan diikuti oleh mata uang Yuan China (CNY) sebesar 0,15%.
Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan kecenderungan mengalamni kenaikan ditengah keputusan Bank Sentral Amerika yang masih akan melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuannya yang didukung oleh penguatan di sektor tenaga kerja.
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun pada akhir pekan kemarin masing - masing ditutup dengan kenaikan di level 3,186% dan 3,369%. Imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris dengan tenor 10 tahun juga terlihat mengalami kenaikan, masing - masing di level 0,444% dan 1,586%.
Surat utang global yang mengalami penurunan pada perdagangan di akhir pekan adalah surat utang Singapura yang mengalami penurunan terbatas di level 2,570%.
Imbal hasil surat utang negara - negara maju pada sepekan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan investor yang berusaha menempatkan dananya pada aset yang lebih aman (safe haven asset) di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham.

