Inflasi yang Terkendali Dukung Terjadinya Kenaikan Harga SUN Diperdagangan Senin Kemarin
Pasardana.id - Laju inflasi yang terkendali mendukung terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan hari Senin, 1 Oktober 2018 kemarin.
Dalam laporan riset yang dirilis Selasa (02/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin (01/10) hingga mencapai 115 bps, mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara yang berkisar antara 3 hingga 26 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 7 bps.
Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 65 bps mendorong terjadinya penurunan imbal hasil hingga sebesar 21 bps.
Adapun harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan yang berkisar antara 40 hingga 115 bps mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 7 hingga 26 bps dan harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan hingga sebesar 100 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil hingga sebesar 13 bps.
“Faktor yang mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin adalah laju inflasi yang terkendali dimana pada bulan September 2018 terjadi deflasi sebesar 0,18%,” jelas I Made.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa deflasi terjadi dikarenakan adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 1,62%; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05%. Adapun kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,29%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,21%; kelompok sandang sebesar 0,27%; kelompok kesehatan sebesar 0,41%; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,54%.
Dengan deflasi tersebut, maka laju inflasi di tahun 2018 (YTD) adalah sebesar 1,94% dan inflasi tahunan (YoY) sebesar 2,88%.
Data inflasi tersebut dibawah estimasi analis yang memperkirakan adanya deflasi sebesar 0,03% (MoM) dan inflasi tahunan sebesar 3,09%.
Menurut I Made, dengan laju inflasi yang terjaga, maka imbal hasil Surat Utang Negara menjadi menarik untuk kembali diakumulasi oleh investor. Hanya saja, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin tidak diikuti oleh adanya kenaikan volume perdagangan, dimana faktor pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan menjadi faktor pertimbangan investor pada perdagangan kemarin (01/10).
Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Senin kemarin mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 21 bps di level 7,774% dan tenor 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 9 bps di level 7,964%.
Adapun imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 12 bps di level 8,19% dan tenor 20 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 7 bps di level 8,441%.
Sementara itu, dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harganya justru terlihat mengalami penurunan sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasilnya seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury.
Harga dari INDO28 mengalami penurunan sebesar 10 bps sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasilnya sebesar 1 bps di level 4,408%.
Adapun adanya penurunan harga INDO43 sebesar 15 bps telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 1 bps di level 5,030%. Sedangkan harga dari INDO23 relatif tidak banyak mengalami perubahan, sehingga tingkat imbal hasilnya masih berada di level 4,057%.

