Volume SBN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp8,83 Triliun dari 37 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Di tengah koreksi harga yang terjadi di pasar sekunder, volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (15/10), mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan (12/10), yaitu senilai Rp8,83 triliun dari 37 seri Surat Berharga negara dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,79 triliun.

Dalam laporan riset yang dirilis Selasa (16/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,10 triliun dari 38 kali transaksi di harga rata - rata 90,86% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp1,04 triliun dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 96,20%.

Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp243,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 97,58% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR008 senilai Rp39,11 miliar dari 16 kali transaksi di harga rata - rata 100,47%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dileporkan senilai Rp880,80 miliar dari 54 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri A (BAFI02A) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp126,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 98,91% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II FIF Tahap IV Tahun 2016 Seri B (FIFA02BCN4) senilai Rp92,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100.03%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 23,00 pts (0,15%) di level 15220,00 per Dollar Amerika.

Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 15210,00 hingga 15249,50 per Dollar Amerika, pergerakan nilai tukar Rupiah cukup dipengaruhi oleh data neraca perdagangan di bulan September 2018.

Hanya saja, surplus neraca perdagangan yang terjadi di bulan September 2018 belum mampu untuk mendorong penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di tengah mata uang regional yang terlihat bergerak bervariasi terhadap mata uang Dollar Amerika.

Mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional dengan mengalami pelemahan sebesar 0,52% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,26%.

Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) terlihat mengalami penguatan sebesar 0,46% yang diikuti oleh penguatan terbatas dari mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,11% dan Peso Philippina (PHP) yang sebesar 0,07%.

Sementara itu, pergerakan imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup bervariasi dimana imbal hasil dari surat utang Jerman terlihat mengalami kenaikan terbatas di level 0,498%.

Adapun imbal hasil surat utang Inggris dan Jepang justru terlihat mengalami penurunan masing - masing di level 1,607% dan 0,141%.

Adapun imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin relatif tidak banyak mengalami perubahan, dimana untuk tenor 10 tahun ditutup pada level 3,158% dan untuk tenor 30 tahun ditutup pada level 3,335%.