ANALIS MARKET (16/10/2018) : Pasar Obligasi Hari Ini Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.

Analis Kiwoom Sekuritas, Maximilianus Nicodemus menjelaskan, meskipun neraca perdagangan surplus, namun sepertinya masih belum memberikan dampak positif terhadap pergerakan Rupiah dan pasar obligasi.

Di lain sisi, lagi-lagi Pemerintah mengubah asumsi nilai tukar menjadi Rp 15.000, tentu hal ini memberikan tanda tanya bahwa Pemerintah masih belum cukup yakin bahwa nilai Rupiah dapat menguat dibawah Rp 15.000.

Kabar baik datang dari Trumph dan Presiden Xi Jinping yang setuju untuk bertemu bulan depan di KTT G20 Buenos Aires, dengan harapan dapat menyelesaikan konflik perdagangan yang semakin intensif.

Kabar baik ini akan menjadi penenang ditengah tengah gejolak efek dari perang dagang yang membuat situasi dan kondisi perekonomian global menjadi tak menentu. Akibat perang dagang ini pula, IMF memotong proyeksi pertumbuhan global sejak Juli 2016.

“Kami merekomendasikan jual hari ini, dan mulai bersiap membeli dengan volume kecil. Berhati-hati, sewaktu-waktu pembalikan arah dapat terjadi saat ini,” jelas Nico dalam laporan riset yang dirilis Selasa (16/10/2018).

Sebelumnya, diperdagangan obligasi Senin (15/10), total transaksi dan frekuensi turun dibandingkan hari sebelumnya, ditengah-tengah pelemahan harga obligasi yang terjadi kemarin. 

Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 3 – 5 tahun, diikuti dengan 10 – 15 tahun dan 7 – 10 tahun, sisanya merata disemua tenor hingga yang berdurasi 20 tahun.

Menurut Nico, pasar obligasi kemarin (15/10) benar-benar mengalami penurunan harga yang cukup drastis, sehingga mendorong Bank Indonesia untuk ikut intervensi kemarin.

“Pada akhirnya, kenaikkan imbal hasil yang drastis mendorong imbal hasil obligasi berdurasi 10 tahun mengalami titik tertinginya, sehingga memberikan ruang pergerakan menjadi 8.60 – 9.15. Namun akan terbatas karena sudah mulai memasuki area jenuh, sehingga berpotensi adanya penurunan imbal hasil sebelum mulai merangkak naik kembali,” terang Nico.