Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp11,99 Triliun dari 38 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin (12/10), tercatat senilai Rp11,99 triliun dari 38 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,06 triliun.

Dalam laporan risetnya yang dirilis Senin (15/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp2,03 triliun dari 111 kali transaksi di harga rata - rata 97,99% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,60 triliun dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 86,11%.

Sementara itu, Sukuk Negara Ritel seri SR008 kembali menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp189,25 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 100,53% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 senilai Rp170,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 97,62%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp711,50 miliar dari 40 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri B (BAFI02B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp243,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,33% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi II Oto Multiartha Tahun 2018 Seri B (OTMA02B) senilai Rp80,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,34%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah pada perdagangan di akhir pekan ditutup menguat sebesar 38,00 pts (0,25%) di level 15197,00 per Dollar Amerika di tengah melemahnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia.

Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 15187,50 hingga 15218,00 per Dollar Amerika, penguatan mata uang Rupiah trejadi seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga cenderung mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika.

Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 1,16% yang diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,70% dan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,61%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika adalah Yuan China (CNY) sebesar 0,42%.

Dalam sepekan, mata uang regional bergerak bervariasi terhadap Dollar Amerika, dimana mata uang Yen Jepang (JPY) mengalami penguatan sebesar 1,30% sedangkan mata uang Yuan China mengalami pelemahan sebesar 0,72%.

Adapun nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dalam sepekan mengalami pelemahan sebesar 0,14% dan di bulan Oktober mengalami pelemahan sebesar 1,99%.

Sementara itu, imbal hasil surat utang gobal pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi. Imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan terbatas dimana untuk tenor 10 tahun ditutup pada level 3,158% dan untuk tenor 30 tahun di level 3,328% setelah adanya kenaikan di pasar saham Amerika Serikat pada akhir pekan kemarin (12/10), mendorong investor untuk kembali masuk ke aset yang lebih berisiko.

Selain itu, dengan prospek kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika masih akan mendorong kenaikan imbal hasil US Treasury dalam jangka panjang. Selain kenaikan imbal hasil US Treasury, surat utang global yang terlihat mengalami kenaikan imbal hasil pada perdagangan di akhir pekan adalah surat utang Inggris (Gilt) dan Jepang, yang masing - masing ditutup naik pada level 1,636% dan 0,146%.

Sedangkan imbal hasil surat utang Jerman (Bund) ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,489% begitu pula dengan surat utang Thailand yang ditutup dengan penurunan di level 2,824%.

Dalam sepekan terakhir, imbal hasil surat utang global rata - rata bergerak dengan mengalami penurunan kecuali pada Surat Utang Negara.