Imbal Hasil SUN Diperdagangan Kamis Kemarin Cenderung Naik dengan Perubahan Berkisar Antara 1 - 22 Bps
Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan hari Kamis, 11 Oktober 2018 kemarin, bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan, ditengah meningkatnya persepsi risiko serta nilai tukar Rupiah yang kembali mengalami pelemahan.
Lebih rinci, dalam laporan riset yang dirilis Jumat 912/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 22 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 8 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara.
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan imbal hasil hingga sebesar 13 bps dengana danya koreksi harga yang mencapai 40 bps.
Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 10 - 15 bps dengan mengalami penurunan harga hingga sebesar 85 bps.
Sementara itu, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan hingga sebesar 22 bps dimana pada tenor tersebut mengalami penurunan harga yang berkisar antara 15 hingga 185 bps.
Menurut I Made, pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin (11/10) didorong oleh faktor meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS) seiring dengan koreksi besar yang terjadi di pasar saham.
Kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya persepsi risiko terhadap aset - aset yang dianggap berisiko tinggi termasuk didalamnya adalah instrumen surat utang negara berkembang.
Selain dipangaruhi oleh meningkatnya persepsi risiko, kenaikan imbal hasil juga didorong oleh faktor kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Dengan pelemahan yang terjadi pada perdagangan kemarin, di tahun 2018 nilai tukar Rupiah telah mengalami depresiasi sebesar 12,39%.
“Kedua faktor tersebut mendorong investor untuk melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga menyebabkan kenaikan imbal hasilnya. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) Surat Berharga Negara di bulan Oktober 2018, dengan mengalami penurunan jumlah kepemilikan senilai Rp3,48 triliun dengan total kepemilikan senilai Rp847,37 triliun di tanggal 10 Oktober 2018,” jelas I Made.
Adapun imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 14 bps di level 9,05% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 13 bps di level 8,626%. Sedangkan untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 9 bps di level 8,33% dan untuk tenor 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 7 bps di level 8,772%.
Kenaikan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika meskipun di saat yang sama imbal hasil dari US Treasury justru mengalami penurunan.
Kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dimana imbal hasil dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 4,235% setelah mengalami penurunan harga sebesar 15 bps.
Sementara itu, imbal hasil dari INDO28 dan INDO43 mengalami kenaikan sebesar 2 bps masing - masing di level 4,701% dan 5,312% setelah kedua seri tersebut mengalami penurunan harga masing - masing sebesar 14 bps dan 30 bps.

