Volume Perdagangan SUN Rabu Kemarin Sebesar Rp14,08 Triliun dari 45 Seri

foto : istimewa

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan Rabu (29/3/2017) kemarin, tercatat senilai Rp14,08 triliun dari 45 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp7,48 triliun.

Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp2,62 triliun dari 148 kali transaksi di harga rata - rata 105,03% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp2,26 triliun dari 108 kali transaksi di harga rata - rata 99,27%.

“Kedua seri Obligasi Negara tersebut juga menjadi Surat Utang Negara yang paling sering diperdagangkan,†terang analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra kepada Pasardana.id, di Jakarta, Kamis (30/3/2017).

Sementara itu, lanjut I Made, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp993,58 miliar dari 33 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. 

“Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank PANIN Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp129 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,50% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi I Bank BKE Tahun 2016 (BBKE01SB) senilai Rp106 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 97,74%,†paparnya.

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas di level 13314,00 per dollar Amerika, mengalami penguatan sebesar 4,00 (0,03%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya.

Menurut I Made, Rupiah bergerak terbatas pada kisaran 13308,00 hingga 13335,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan mata uang regional terhadap dollar Amerika.

Adapun mata uang Dollar Singapura (SGD) memimpin penguatan mata uang regional diikuti oleh Rupee India (INR).

Sementara itu, Dollar Taiwan (TWD) dan Yuan China (CNY) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika di tengah peluang terjadinya penguatan terhadap mata uang dollar Amerika seiring dengan rencana dari Presiden Trump yang masih akan fokus pada kebijakan moneter yang mendukung adanya pertumbuhan ekonomi seperti pemangkasan pajak serta belanja infrastruktur setelah pada pekan lalu program layanan kesehatan yang diajukan oleh pemerintahannya belum disetujui oleh parlemen.