Volume Perdagangan SUN Pada Selasa Kemarin Senilai Rp10,88 Triliun dari 35 Seri

foto : istimewa

Pasardana.id - Volume perdagangan yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa (06/6) kemarin, tercatat senilai Rp10,88 triliun dari 35 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan pada hari Senin (05/6).

“Peningkatan volume perdagangan didorong oleh pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara,†jelas analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra kepada Pasardana.id, di Jakarta, Rabu (07/6/2017).

Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan mencapai Rp7,17 triliun.

“Obligasi Negara seri FR0061 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,65 triliun dari 55 kali transaksi di harga rata - rata 101,35% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp2,17 triliun dari 136 kali transaksi di harga rata - rata 101,77%,†terang I Made. 

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp578 miliar dari 30 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.

“Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap I Tahun 2017 Seri A (ISAT02ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Hutama Karya Tahap II Tahun 2017 (PTHK01CN2) senilai Rp70 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,14%,†paparnya. 

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 18,00 pts pada level 13297,00 per dollar Amerika.

Menurut I Made, rupiah bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13278,00 hingga 13299,00 per dollar Amerika.

“Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan pelemahan mata uang regional yang dipimpin oleh Peso Philippina (PHP) dan Rupee India (INR) di tengah melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia setelah data data yang dirilis oleh Bank Sentral Amerika tidak cukup memuaskan pelaku pasar,†tandasnya.