Imbal Hasil SUN Diperdagangan Kemarin Cenderung Naik Didorong Kekhawatiran Pelaku Pasar Atas Kebijakan The Fed

foto : istimewa

Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 6 April 2017 kemarin, cenderung mengalami kenaikan didorong oleh kekhawatiran pelaku pasar atas kebijakan dari Bank Sentral Amerika.

“Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata- rata mengalami kenaikan sebesar 1, bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 6 - 15 tahun,†terang analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra kepada Pasardana.id, di Jakarta, Jumat (07/4/2017).

Dijelaskan, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps.

Sementara itu, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yang berkisar antara 2 - 5 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 30 bps dan imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 3 bps dengan adanya perubahan harga hingga sebesar 30 bps.

Menurut I Made, pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh kekhawatiran investor terhadap kebijakan dari Bank Sentral Amerika, dimana Bank Sentral Amerika sebagaimana yang disampaikan dalam pidato Gubernur Bank Sentral Amerika, berencana untuk mengurangi portofolio surat utang yang mereka miliki.

Sebagaimana yang dikatehui, bahwa sejak melakukan stimulus moneter di tahun 2009 setelah krisis keuangan global di tahun 2008, Bank Sentral Amerika telah mengeluarkan dana yang cukup besar guna mendukung kebijakan moneternya, melalui pembelian aset berupa US Treasury maupun Efek Bragun Aset KPR (Mortgage-backed securities/MBS), sehingga likuiditas di pasar keuangan global dapat diperbaiki.

Namun demikian, setelah melakukan kebijakan normalisasi yang diawali dengan penguarangan stimulus (Tapering off) hingga menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate), Bank Sentral Amerika juga perlu untuk mengurangi pembelian asset guna mengembalikan neraca keuangan mereka.

Hal tersebut yang dikhawatirkan oleh pelaku pasar akan mendorong kenaikan dari US Treasury yang akan diikuti oleh kenaikan imbal hasil surat utang global termasuk surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.

“Namun demikian, kami melihat bahwa koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin masih terbatas, mengingat pelaku pasar masih mencermai bagaimana rencana pengurangan aset tersebut dilakukan oleh Bank Sentral Amerika di saat pemerintah Amerika juga perlu menerbitkan Surat Utang guna menutup defisit anggaran mereka, sehingga kebijakan dari Bank Sentral tersebut akan menambah beban pemerintah Amerika untuk menerbitkan Surat Utang dengan biaya yang lebih tinggi,†terang I Made.

Secara keseluruhan, lanjut dia, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun masing - masing sebesar 2 bps di level 6,780% dan 7,640%.

Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun masing - masing sebesar 3 bps di level 7,039% dan 7,413%.