Volume Perdagangan SUN Senin Kemarin Sebesar Rp18,51 Triliun dari 41 Seri

foto : istimewa

Pasardana.id - Volume perdagangan yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin (27/3/2017) lalu, tercatat senilai Rp18,51 triliun dari 41 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan.

“Peningkatan volume perdagangan didorong oleh pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara,†ujar analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra kepada Pasardana.id di Jakarta, Rabu (29/3/2017).

Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan mencapai Rp11,59 triliun.

Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,77 triliun dari 190 kali transaksi di harga rata - rata 99,18% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp4,31 triliun dari 122 kali transaksi di harga rata - rata 104,85%.

“Kedua seri tersebut juga menjadi Surat Utang Negara yang paling aktif diperdagangkan,†terang I Made.

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp469,80 miliar dari 27 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.

“Obligasi Berkelanjutan II Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2016 Seri A (MEDC02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp83 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,25% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Telkom Tahap I Tahun 2015 Seri D (TLKM01DCN1) senilai Rp60 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 113,25%,†paparnya.

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 17,00 pts pada level 13310,00 per dollar Amerika.

Bergerak menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13295,00 hingga 13320,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan penguatan mata uang regional yang dipimpin oleh Yen Jepang (JPY) dan Won Korea Selatan (KRW).

“Kondisi ini terjadi di tengah melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia setelah ditundanya pengambilan keputusan kebijakan layanan kesehatan dari pemerintah Presiden Trump guna menggantikan paket kebijakan layanan kesehatan Presiden Obama,†tandas I Made.