MARKET REVIEW Selasa (21/3/2017)

foto: istimewa

Pasardana.id - Dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id di Jakarta, Selasa, 03 Maret 2017, Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan menyoroti beberapa faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi pola pergerakan IHSG diperdagangan hari ini.

Beberapa faktor yang dimaksud terangkum dalam market review berikut ini:

Wall Street Review
Bursa Wall Street ditutup variative dengan kecenderungan melemah tipis. Dow Jones tercatat melemah -0.04% pada level 20,905.86, S&P 500 tercatat mengalami pelemahan -0.20% pada level 2,373.47 tetapi Nasdaq tercatat mengalami penguatan tipis +0.01% pada level 5,901.53.

EIDO merupakan Indeks yang memuat saham-saham layak investasi di Indonesia mengalami penguatan sebesar +0.35% pada level 25.71.

Pergerakan Bursa Wall Street dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar akan langkah pemerintah AS yang cenderung menunda pembahasan reformasi pajak, karena masih terkendala kasus penyadapan telepon Presiden Donald Trump yang dituduhkan pada mantan Presiden AS Barrack Obama.

Tetapi Direktur FBI James Comey kemarin mengumumkan tidak ada bukti akan tuduhan tersebut. Sebaliknya Comey menegaskan akan memeriksa potensi intervensi Rusia selama masa kampanye Trump.

Yield obligasi Pemerintah Amerika Serikat dengan term 10 tahun mengalami kenaikan pada level 2.473% dan Indeks Dollar Amerika Serikat mengalami pelemahan sebesar -0.23% pada level 100.18.

Komoditi
Harga minyak mentah dunia mengalami penguatan pada pagi hari ini setelah melemah pada perdagangan kemarin, dimana minyak WTI menguat +0.35% pada level 48.39 USD/barel dan minyak Brent mengalami penguatan sebesar +0.50% pada level 51.88 USD/barel.

Harga Emas mengalami pelemahan sebesar -0.42% pada level 1,229.06, harga batu bara untuk kontrak bulan Juni 2017 mengalami pelemahan sebesar -1.13% pada level 79.05 USD/metric tonnes.

Untuk harga CPO berdasarkan MPOC tercatat mengalami pelemahan -0.82% pada level 2,780 RM/metric tonnes.

Harga tembaga mengalami pelemahan sebesar -0.96% pada level 264.15 USD/lb.

Pada grafik “Shale Recovery" terlihat bahwa aktivitas pengeboran minyak di AS yang ditunjukkan pada garis berwarna putih mengalami kenaikan sejak Juni 2016, hal ini sangat kontra dengan misi OPEC yang saat ini telah mengurangi output porduksi minyak dan ditunjukkan oleh garis berwarna biru.

Alhasil, sampai saat ini harga minyak WTI terus mengalami penurunan seiring meningkatnya cadangan minyak Amerika Serikat.

Kami menilai dengan adanya sentiment seperti ini, maka kenaikan harga minyak mentah dunia hingga akhir tahun 2017 tidak akan secepat kenaikan pada tahun 2016 lalu.

Indonesia Market
Dari dalam negeri, Penjualan Mobil pada bulan Februari mengalami peningkatan sebesar 9.6% YoY menjadi 96.722 unit, lebih baik dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu yang tercatat sebesar 2.2% YoY.

Peningkatan penjualan ditopang oleh penjualan LCGC dan perbaikan harga komoditas yang mampu menopang permintaan diluar Jawa.

Rupiah mengalami penguatan sebesar +0.10% terhadap Dollar Amerika Serikat dan ditutup pada level 13,329 berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia.

Penguatan Rupiah terjadi bahkan setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat, hal ini menandakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat dan Investor Asing masih percaya untuk tetap berinvestasi di Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami pelemahan sebesar -6.440 poin atau -0.116% pada level 5,533.992, tetapi Investor Asing masih mencatatkan net buy sebesar 830 Milyar.

Dan sepanjang minggu lalu dimana The Fed menaikkan suku bunga, Investor Asing tercatat melakukan net buy sebesar 5.4 Triliun.

Kami masih optimis akan fundamental ekonomi Indonesia, tetapi pasca kenaikan The Fed, IHSG kami perkirakan koreksi terlebih dahulu dengan range area 5,450 -5,460.

Investor dapat melakukan akumulasi apabila IHSG telah mencapai level tersebut.