Harga Minyak Dunia Turun Dipicu Penguatan Dolar AS

foto: istimewa

Pasardana.id - Harga minyak dunia turun pada Selasa (3/1/2017), di hari pertama perdagangan 2017, setelah dolar Amerika Serikat meningkat mencapai level tertinggi sejak 2002.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange turun US$1,39, atau sekitar 2,6 persen, menjadi US$52,33, tingkat penutupan terendah dalam dua pekan.

Sedangkan harga minyak mentah Brent di London ICE Futures Exchange merosot US$1,35, atau sekitar 2,4 persen, menjadi US$55,47 per barel.

Sebelum penurunan terjadi, kedua harga sempat mencapai level tertinggi sejak Juli 2015 dengan harapan bahwa perjanjian penurunan produksi antara OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) dan negara-negara produsen minyak mentah lainnya akan mengurangi persediaan global. Harga WTI sempat mencapai US$55,25 dan Brent US$58,37.

"Tak mudah untuk membenarkan perubahan sebesar itu dalam sehari. Penguatan dolar AS jelas menjadi penyebab utama penurunan harga yang terjadi hingga WTI kembali ke kisaran US$55 per barel, yang tentunya memicu aksi ambil untung," kata James Williams, presiden perusahaan konsultan energy WTRG Economics di Arkansas, AS, seperti dikutip Reuters.

Dolar AS mencapai tingkat tertinggi dalam 14 tahun terakhir setelah data terbaru menunjukkan aktivitas manufaktur AS meningkat melebihi ekspektasi pada November, dengan indeks dolar AS mencapai 103,82.

Penguatan dolar AS membuat minyak mentah yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut menjadi lebih mahal dan kurang diminati pemilik dana dalam mata uang lain.

Tanggal 1 Januari 2017 menjadi awal berlakunya kesepakatan OPEC maupun negara-negara produsen minyak mentah seperti Rusia untuk secara total menurunkan produski sejumlah 1,8 juta barel per hari.

Oman menyebut akan mengurangi produksi 5 persen pada Maret. Rusia bersiap menguraing produksi sejumlah 300.000 barel per hari pada semester pertama 2017.

Namun Libya, satu dari dua negara anggota OPEC yang dikecualikan dari perjanjian pengurangan produksi, meningkatkan produksi di awal tahun ini menjadi 685.000 barel per hari dari sebelumnya 600.000 barel per hari.