MARKET REVIEW Senin (23/1/2017)
Pasardana.id - Dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Senin, 23 Januari 2017, Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan menyoroti beberapa faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi pergerakan harga di lantai Bursa Efek Indonesia di perdagangan hari ini.
Beberapa faktor yang dimaksud, terangkum dalam market review berikut ini:
Wall Street Review
Bursa Wall Street ditutup mengalami penguatan pada akhir pekan. Dow Jones tercatat menguat +0.48% pada level 19,827.25, sedangkan S&P 500 tercatat mengalami penguatan +0.34% pada level 2,271.31, dan Nasdaq tercatat mengalami penguatan +0.28% pada level 5,555.33.
Sedangkan EIDO merupakan Indeks yang memuat saham - saham layak investasi di Indonesia mengalami pelemahan -1.28% pada level 23.90.
Pergerakan Bursa Wall Street yang cenderung menguat dipengaruhi oleh ekspektasi pelantikan Donald Trump dan memastikan akan menjalankan program kerja yang berpihak pada rakyat Amerika Serikat, baik dari segi tenaga kerja, belanja pemerintah, belanja rumah tangga, kebijakan fiscal dan suku bunga acuan Amerika Serikat.
Trump menekankan akan menegosiasi ulang seluruh perjanjian kepada pengusaha agar aktivitas ekonomi di Amerika Serikat didukung oleh pekerja Amerika Serikat sendiri.
Trump mengatakan, bahwa di bawah kepemimpinannya, Amerika Serikat akan dibangun oleh tangan - tangan masyarakat Amerika Serikat dan untuk masyarakat Amerika Serikat sendiri.
Tetapi tentu saja hal tersebut membuat Bursa Asia pada pagi hari ini mengalami penurunan, karena salah satu kebijakan Donald Trump mengenai proteksionisme adalah kemungkinan negosiasi ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara dan keluar dari kesepakatan Trans-Pacific Partnership (TPP).
EIDO kembali bergerak berlawanan dengan Bursa Wall Street sama seperti sejak terpilihnya Donald Trump pada pemilu Amerika Serikat tahun lalu.
Selain itu, penurunan Bursa Asia juga dipengaruhi oleh kekhawatiran akan percepatan kenaikan suku bunga Amerika Serikat seiring percepatan pertumbuhan Amerika Serikat.
Yield obligasi Pemerintah Amerika Serikat dengan term 10 tahun mengalami pelemahan pada level 2.432% dan Indeks Dollar Amerika Serikat mengalami pelemahan sebesar -0.21% pada level 100.53.
Pelemahan Dollar Amerika Serikat dipengaruhi oleh statement Donald Trump yang mengatakan, bahwa Dollar Amerika Serikat telah bergerak terlalu jauh diatas valuasi wajarnya.
Komoditi
Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan cukup signifikan, dimana minyak WTI menguat +2.04% pada level 52.42 USD/barel dan minyak Brent mengalami penguatan sebesar +2.46% pada level 55.49 USD/barel.
Harga Emas mengalami kenaikan sebesar +0.53% pada level 1,216.72, harga batu bara untuk kontrak bulan Maret 2017 mengalami penguatan sebesar +0.85% level 83.15 USD/metric tonnes.
Untuk harga CPO berdasarkan MPOC tercatat mengalami pelemahan -0.96% pada level 3,101 RM/metric tonnes. Harga tembaga mengalami penguatan +0.29% pada level 263.25 USD/lb.
Secara keseluruhan harga komoditas mengalami penguatan akibat dari pelemahan Dollar Amerika Serikat, penguatan harga minyak mentah dunia juga terjadi setelah OPEC dan negara penghasil minyak lainnya sepakat untuk terus mengawasi proses pemangkasan output produksi minyak mentah dunia, Negara - negara tersebut telah memangkas supply minyak sekitar 1.5 juta barel per hari, angka tersebut telah mencapai lebih dari 80% berdasarkan target yang disepakati.
Jepang
Dari Jepang, Indeks Topix Jepang mengalami pelemahan sebesar -1.3%, seiring penguatan Yen sebesar +0.7% terhadap Dollar Amerika Serikat pada level 113.84.
Terlihat bahwa Investor memindahkan dana investasi pada asset minim risiko seperti emas dan Yen, sehingga hal tersebut membuat pelemahan pada asset berisiko seperti saham, khususnya Bursa Asia telah mengalami pelemahan sebagai imbas dari pelantikan Donald Trump.
Indonesia Market
Dari dalam negeri, persepsi investor terhadap risiko investasi di Tanah Air bisa terus membaik. Ketidakpastian berkurang setelah Donald Trump akhirnya dilantik sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu.
Persepsi risiko ini tercermin pada credit default swap (CDS). Jumat (20/1) lalu, CDS Indonesia tenor lima tahun berada di 149,32. Ini membaik 5,42% dibandingkan posisi akhir 2015, yakni 157,89.
Sekadar mengingatkan, biasanya semakin rendah angka CDS, indikasinya risiko investasi di kawasan tersebut semakin mengecil.
Rupiah mengalami pelemahan tipis sebesar -0.04% terhadap Dollar Amerika Serikat dan tercatat pada level 13,382 menurut kurs tengah Bank Indonesia.
Pada hari ini, Rupiah diperkirakan akan mengalami konsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas seiring pelemahan Dollar Amerika Serikat.
Pada Jumat, 20 Januari 2017 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami pelemahan -44.637 poin atau -0.842% pada level 5,254.311. Investor Asing mencatatkan net sell sebesar 383 Milyar.
Pada hari ini IHSG diperkirakan mengalami pelemahan seiring sentiment dari pelantikan Donald Trump, pelemahan EIDO, pelemahan Bursa Asia serta penguatan asset minim risiko seperti Yen dan Emas.
Tetapi kondisi perekonomian dalam negeri masih cenderung kuat, hal itu terbukti dari turunnya CDS Indonesia menjadi 149,32.
Koreksi yang terjadi pada IHSG bisa dijadikan momentum untuk mengakumulasi saham - saham Blue Chip yang memiliki kondisi fundamental yang cukup baik.
IHSG diperkirakan akan bergerak pada level 5,200 - 5,280.

