Minyak Dunia Capai Harga Terendah dalam Sepekan
Pasardana.id - Minyak dunia mencapai harga terendah dalam sepekan pada Rabu (18/1/2017), dipicu penguatan dolar Amerika Serikat dan ekspektasi bahwa Negeri Paman Sam akan meningkatkan produksi minyak mentah dikala OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) tengah berupaya menurunkan produksi.
Seperti dilansir Reuters, harga minyak West Texas Intermediate di New York Mercantile Exchange turun US$1,40, atau sekitar 2,67 persen, menjadi US51,08 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent di London ICE Futures Exchange merosot US$1,55, atau sekitar 2,79 persen, menjadi US$53,92 per barel.
Dolar AS menguat dengan indeks dolar AS naik 0,9 persen menjadi 101,25 setelah pimpinan Federal Reserve Janet Yellen dalam pidatonya pada Rabu menyebutkan The Fed akan melakukan beberapa kali peningkatan suku bunga sampai akhir 2019. Penguatan dolar AS memberi tekanan terhadap minyak mentah yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut.
Energy Information Administration (EIA) memperkirakan peningkatan produksi minyak dari pemboran minyak serpih (shale oil) mencapai 40.750 barel per hari menjadi 4,748 juta barel per hari pada Februari, mengakhiri penurunan produksi tiga bulan beruntun sebelumnya. EIA akan merilis data resmi pada Kamis (19/1/2017), tertunda sehari akibat libur hari Martin Luther King, Jr awal pekan ini.
American Pertroleum Institute (API) dalam laporannya pekan ini memperkirakan cadangan minyak mentah akan turun 5,04 juta barel pada pekan yang berakhir 13 Januari 2017. Para analis memiliki ekspektasi pengurangan sebesar 342.000 barel.
OPEC, di luar Indonesia, memproduksi 33,085 juta barel per hari minyak mentah bulan lalu, turun 221.000 barel per hari dari produksi November. Angka penurunan terbesar, menurut laporan bulanan OPEC, berasal dari Arab Saudi.
OPEC, Rusia, dan negara-negara produsen non-OPEC pada akhir tahun 2016 telah mencapai kesepakatan untuk mengurangi produksi 1,8 juta barel per hari paling tidak untuk enam bulan pertama 2017, dalam upaya mengembalikan tingkat keseimbangan suplai dengan konsumsi minyak mentah global.

