MARKET REVIEW Selasa (17/1/2017)

foto : istimewa

Pasardana.id ââÅ¡¬“ Dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Selasa, 17 Januari 2017, Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan menyoroti beberapa faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi pola pergerakan harga saham di lantai Bursa Efek Indonesia diperdagangan hari ini.

Beberapa faktor yang dimaksud, terangkum dalam market review berikut;

Wall Street Review

Bursa Wall Street tidak diperdagangkan pada Senin, 17 Januari 2017 karena hari libur Martin L. King Day.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May siap akan mengumumkan pada hari ini rencana ââÅ¡¬“ rencana yang akan dilakukan dalam proses Brexit.

May menegaskan bahwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa adalah untuk mencari hubungan perdagangan baru dan dapat mengakomodasi kebijakan dari Inggris mengenai kedaulatan Imigrasi dan kontrol perbatasan.

Dalam prosesnya, Inggris akan merombak kembali hubungan perdagangan dengan negara ââÅ¡¬“ negara yang menjadi anggota Uni Eropa. Karena hal itu Poundsterling kembali mengalami pelemahan sebesar -0.1% pada level $1.2030.

Komoditi

Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan, dimana minyak WTI tercatat menguat sebesar +0.27% pada level 52.51 USD/barel dan minyak Brent mengalami penguatan sebesar +0.74% pada level 55.86 USD/barel.

Harga Emas mengalami penguatan sebesar +0.15% pada level 1,204.51, harga batu bara untuk kontrak bulan Maret 2017 mengalami pelemahan sebesar -0.55% level 82.05 USD/metric tonnes.

Untuk harga CPO berdasarkan MPOC tercatat mengalami penurunan -0.32% pada level 3,110 RM/metric tonnes. Harga tembaga mengalami pelemahan cukup dalam -1.08% pada level 266.10 USD/lb.

Indonesia Market

Dari dalam negeri, Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membuahkan kesepakatan pinjaman baru sebesar US$ 650 juta.

Pinjaman tersebut digelontorkan untuk pembangunan tiga proyek, yaitu perbaikan sarana irigasi di wilayah Sumatera Selatan, perbaikan sarana irigasi di wilayah Jawa Barat dan proyek penanganan wilayah pantai di Bali.

JPMorgan Chase & Co menaikkan penilaian mereka tentang pasar saham Indonesia satu tingkat menjadi netral dari sebelumnya underweight dalam laporannya yang dirilis Senin (16/1). Alasannya, volatilitas pasar obligasi di emerging market menyusul kemenangan Donald Trump sebagai presiden terpilih AS semestinya saat ini sudah mereda.

Seperti dikutip Bloomberg, upgrade ini hanya berselang dua pekan setelah Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menghentikan kerja sama dengan JPMorgan.

Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar $0.99 Milyar pada bulan Desember 2016, dimana Ekspor tumbuh sebesar 15.57% YoY dan Impor tumbuh sebesar 5.82% YoY. Angka tersebut disebabkan oleh perbaikan harga komoditas yang mampu menopag ekspor Indonesia.

Rupiah mengalami pelemahan sebesar -0.34% terhadap Dollar Amerika Serikat dan tercatat pada level 13,354 menurut kurs tengah Bank Indonesia. Pelemahan Rupiah terjadi karena sentiment global seperti penantian pelantikan Donald Trump dan pidato dari Theresa May, saat ini investor tengah mengalihkan dana investasinya pada asset yang cenderung memiliki risiko rendah seperti emas dan Yen. Emas telah mengalami penguatan sebesar +0.15% dan Yen telah menguat sebesar +0.30%.

Pada Senin, 16 Januari 2017 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami pelemahan -2.972 poin atau -0.056% pada level 5,270.011. Semenjak 6 Januari 2017, IHSG telah mengalami pelemahan sebesar -1.44%, menyebabkan IHSG relatif cukup kuat untuk menerima sentiment negatif global, berbagai sentiment global yang muncul masih membuat IHSG kokoh berada diatas level 5,200. Tetapi pada perdagangan kemarin, Investor Asing masih mencatatkan net sell sebesar 184.5 Milyar.

Pada hari ini IHSG diperkirakan akan mengalami pelemahan. Pengalihan dan investasi pada asset minim risiko seperti emas dan Yen akan membuat IHSG kembali tertekan. Sentiment Donald Trump dan Theresa May masih menjadi hal utama pemberat IHSG. Tetapi apabila dilihat dari pergerakannya, IHSG masih cukup kokoh dan kondisi perekonomian dalam negeri masih cukup kuat menghadapi imbas dari sentiment global, hal tersebut terihat dari kepercayaan Jepang untuk memberi pendanaan pada Indonesia dan kenaikan rating oleh JP Morgan.

Koreksi yang terjadi merupakan peluang untuk melakukan akumulasi untuk mengantisipasi rebound IHSG kedepan. IHSG diperkirakan akan bergerak pada level 5,200 ââÅ¡¬“ 5,300.