Imbal Hasil SUN Berdenominasi Dollar AS Pada Perdagangan Kemarin, Turun Cukup Besar
Pasardana.id - Dalam laporan riset hariannya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Kamis (8/9/2016), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan bahwa dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan kemarin, Rabu (7/9/2016), tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan yang cukup besar yang terjadi pada hampir keseluruhan tenor dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor panjang.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Kembali turunnya angka CDS yang mencerminkan membaiknya persepsi resiko serta tren penurunan imbal hasil surat utang global yang mendorong investor untuk kembali melakukan pembelian Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika,ââÅ¡¬ terang I Made.
Imbal hasil dari INDO-20 ditutup turun sebesar 2 bps pada level 2,127% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 7 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-26 mengalami penurunan sebesar 9 bps pada level 3,243% didorong oleh kenaikan harga yang sebesar 80 bps dan imbal hasil dari INDO-46 yang ditutup turun sebesar 5 bps pada level 4,309% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 100 bps.
Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp7,28 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan pada perdagangan tercatat sebesar Rp2,76 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 masih menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,22 triliun dari 29 kali transaksi di harga rata - rata 106,84% dengan tingkat imbal hasil sebesar 6,57%.
Lebih lanjut diungkapkan, dari perdagangan surat utang global, imbal hasil dari surat utang global pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik terbatas pada level 1,537% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,535%.
Sedangkan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama ditutup turun pada level -0,12% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,112% dan imbal hasil surat utang Jepang juga ditutup turun pada level -0,054% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,023%.
Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,40 triliun dari 48 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan II SAN Finance Tahap I Tahun 2016 Seri B (SANF02BCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300 miliar dari 6 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idAA-" dan akan jatuh tempo pada 9 Juni 2019 tersebut diperdagangkan pada level 100,00% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 8,99%.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan penguatan seiring dengan penguatan mata uang regioanl terhadap dollar Amerika setelah data sektor jasa di Amerika tumbuh di bawah perkiraan, memudarkan ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate di bulan September 2016.
Rupiah ditutup menguat sebesar 42,00 pts (0,32%) pada level 13085,00 per dollar Amerika setelah sepanjang sesi perdagangan bergerak pada kisaran 13042,00 hingga 13119,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut sejalan dengan tren penguatan mata uang regional dimana penguatan tersebut dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) serta diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan Ringgit Malaysia (MYR).

