Koreksi Harga Surat Utang Negara Berdenominasi Dollar Amerika, Dorong Kenaikan Imbal Hasil
Pasardana.id - Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin, Senin (26/9/2016), mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil yang terjadi pada keseluruhan seri dengan kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Koreksi harga pada Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika tersebut juga turut dipengaruhi oleh meningkatnya persepsi resiko,ââÅ¡¬ ungkap analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra, dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Selasa (27/9/2016).
Dijelaskan, imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 14 bps pada level 2,276% setelah mengalami koreksi harga sebesar 50 bps.
Sementara imbal hasil dari INDO-26 mengalami pelemahan sebesar 7 bps di level 3,27% setelah mengalami koreksi harga sebesar 60 bps dan imbal hasil dari INDO-46 mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 4,337% setelah mengalami koreksi harga sebesar 105 bps.
Lebih lanjut dikatakan, perubahan harga yang bergerak bervariasi pada perdagangan kemarin, juga dipangaruhi oleh faktor nilai tukar rupiah serta rencana lelang penjualan Surat Utang Negara oleh pemerintah.
Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditengah melemahnya sebagian mata uang regional terhadap dollar Amerika menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan harga pada beberapa seri Surat Utang Negara.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Namun demikian, rencana lelang Surat Utang Negara membatasi kenaikan harga beberapa seri lainnya bahkan mengalami koreksi harga yang juga dipengaruhi oleh meningkatnya persepsi resiko yang tercermin pada kenaikan angka CDS, dimana pada perdagangan berada pada kisaran 149,19 bps,ââÅ¡¬ terang I Made.
Asal tahu saja, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan di awal pekan ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 40,00 pts (0,31%) pada level 1.3041,00 per dollar Amerika.
Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 13.029,00 hingga 13.103,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah cenderung mengalami penguatan pada pertengahan hingga berakhirnya sesi perdagangan di tengah kondisi pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika jelang pelaksanaan pemilihan Presiden Amerika Serikat.
Pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika dipimpin oleh Peso Philippina (PHP) seiring dengan adanya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan saham di Philippina, diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Ringgit Malaysia (MYR).
Adapun selain Rupiah, mata uang regional yang mengalami penguatan pada perdagangan kemarin adalah Yen Jepang (JPY) dan Baht Thailand (THB).

