ANALIS : Ketidakpastian Ekonomi Lebih Terurai Pasca Ditundanya Kenaikan Suku Bunga Acuan The Fed
Pasardana.id - Bursa Wall Street ditutup mengalami penguatan, dimana Dow Jones tercatat menguat +0.90% pada level 18,293.70, S&P 500 tercatat menguat +1.09% pada level 2,163.12 dan Nasdaq tercatat menguat +1.03% pada level 5,295.18.
Penguatan Bursa Wall Street tercatat signifikan setelah The Federal Reserve memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga acuan pada bulan September ini atau tetap pada range 0.25% - 0.50%, tetapi The Fed mengisyaratkan bahwa kesempatan terakhir dan kemungkinan kesempatan terbaik untuk menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat adalah pada bulan Desember, sama seperti tahun 2015 lalu.
"The Fed harus memastikan berbagai indicator ekonomi dan politik dalam kondisi kondusif, dimana saat ini memang terlihat risiko masih selalu muncul dan sangan fluktuatif," terang Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan kepada Pasardana.id, di Jakarta, Kamis (22/9/2016).
Lebih lanjut dijelaskan, harga minyak mentah dunia tercatat bergerak mengalami penguatan tajam, dimana minyak WTI tercatat menguat sebesar +4.86% pada level 45.55 USD/barel dan minyak Brent mengalami penguatan sebesar +2.55% pada level 47.05 USD/barel.
Penguatan signifikan ini merupakan imbas dari ditundanya kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat pada bulan November, dimana akibat dari Dollar Amerika yang mengalami pelemahan, mengingat pergerakan harga minyak dunia dan Dollar Amerika memiliki korelasi yang negatif.
Selain itu, The U.S Energy Information Administration (EIA) mencatat bahwa pada pekan ini cadangan minyak Amerika kembali mengalami penurunan menjadi -6.2 Juta barel dari pekan lalu yang turun hanya sebesar -0.559 juta barel.
Dari Jepang, lanjut Putu, Bank Of Japan memutuskan suku bunga acuan Jepang tetap pada level -0.10% dan memperkenalkan upaya stimulus Yield Curve Control, dimana Bank Of Japan menargetkan agar yield dari Obligasi Pemerintah Jepang dengan jatuh tempo 10 tahun sebesar 0%, mungkin hal tersebut terlihat rendah, namun masih lebih baik dibandingkan Instrument Investasi saat ini yang tercatat negatif, dimana salah satunya Indeks Nikkei mengalami pelemahan -11.70% pada level 16,807.62.
Dengan adanya acuan yield Obligasi Pemerintah Jepang yang sebesar 0%, juga diperkirakan akan memperbaiki marjin dari Perbankan, dimana Perbankan Jepang akan mendapatkan dan pihak ketiga dengan cost sesuai suku bunga -0.10% dan mendapatkan yield sebesar 0% apabila di investasikan pada Obligasi Pemerintah 10 Tahun.
"Hal ini diharapkan akan memperbaiki kinerja perbankan yang mengalami kinerja buruk pasca diberlakukan kebijakan suku bunga negatif. Dengan adanya perbaikan dari sisi perbankan, maka diharapkan perekonomian Jepang akan mengalami perbaikan juga," terang Putu.
Sementara itu, dari dalam negeri, ketidakpastian ekonomi menjadi lebih terurai pasca ditundanya kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat pada bulan September ini, karena bagi Indonesia yang termasuk negara Emerging Market, akan berdampak terhadap capital outflow apabila kenaikan suku bunga acuan Amerika diberlakukan kembali, arus dana keluar akan mengganggu perekonomian Indonesia yang saat ini sedang mencoba untuk berbenah sejak tahun 2015 lalu.
"Pada hari ini Investor akan menunggu hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia mengenai 7 Days Reverse Repo, yang diperkirakan akan diturunkan kembali menjadi 5% dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5.25%. Apabila hal tersebut benar dilakukan oleh Bank Indonesia, maka stimulus terhadap pasar keuangan Indonesia akan semakin lengkap dan positif," papar Putu.
Adapun mengenai perkembangan realisasi Tax Amnesty, dimana sampai hari ini tercatat uang tebusan mengalami peningkatan sebesar Rp 3.9 Triliun atau meningkat sebesar 14.39% menjadi Rp 31 Triliun dari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 27.1 Triliun atau telah mencapai 18.79% dari target pemerintah yang sebesar 165 Triliun. Sedangkan jumlah harta yang telah dilaporkan adalah sebesar Rp 1,290 Triliun.
Sementara itu, pada perdagangan kemarin yang digambarkan oleh chart paling akhir berwarna putih, menunjukkan bahwa IHSG mampu menembus resistance pada level 5,336, dimana sekaligus menjadi resistance trend line.
Pada perdagangan kemarin, Investor asing juga mencatatkan net buy sebesar 551.4 Milyar, dan angka tersebut cukup mengkonfirmasi break out sementara down trend jangka pendek dan sentiment ekonomi yang rilis saat ini akan mampu menopang penguatan lanjutan dari IHSG, dimana The Fed menunda kenaikan suku bunga acauan Amerika pada bulan September ini.
"Apabila Bank Indonesia merestui untuk kembali menurunkan rate dari 7 Days Reverse Repo, maka akan melengkapi stimulus ekonomi hari ini," ujar Putu.
Ditambahkan, perkembangan dari penerimaan Tax Amnesty juga terbilang cukup positif untuk menjadi penggerak IHSG hari ini.
"IHSG pada hari ini kami perkirakan akan bergerak pada range 5,350 - 5,420," ujarnya.
"Berdasarkan data fundamental ekonomi positif yang rilis dan indikasi teknikal yang cukup positif pula, maka hari ini Investor dapat melakukan pembelian. Seperti ulasan kami sebelumnya, saat ini sebagian besar indicator telah terkonfirmasi, maka Investor dapat mengakumulasi saham dengan kapitalisasi pasar besar, seperti BBCA, UNVR, HMSP, TLKM, BMRI, ASII, BBRI, GGRM, BBNI, ICBP," tandas dia.

