ANALIS : Data Fundamental Belum Positif dan Indikator Teknikal Menunjukkan Ketidakpastian

foto : istimewa

Pasardana.id - Bursa Wall Street ditutup mengalami penguatan tipis, dimana Dow Jones tercatat menguat +0.05% pada level 18,129.96, S&P 500 tercatat menguat +0.03% pada level 2,139.76 dan Nasdaq tercatat menguat +0.12% pada level 5,241.35.

Dalam paparan riset yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Rabu (21/9/2016), Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan mengungkapkan bahwa, pergerakan bursa Wall Street terlihat cukup fluktuatif mendekati pengumuman keputusan The Fed mengenai kepastian kenaikan tingkat suku bunga acuan Amerika Serikat tahap II pada tanggal 22 September ini.

"Terlihat pada perdagangan sebelumnya, Bursa Wall Street ditutup mengalami pelemahan tipis, dan semalam ditutup menguat tipis. Tetapi sebenarnya probabilitas The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada bulan September terbilang relatif kecil, karena rilis data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa ekonomi Amerika belum cukup kuat apabila kenaikan terjadi di bulan September," terang Putu.

Dijelaskan, data Pembangunan Perumahan jauh mengalami penurunan yaitu sebesar -5.8% MoM pada bulan Agustus dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1.4% MoM, angka tersebut juga jauh dari perkiraan yang hanya turun sebesar -1.7%. Jumlah Pembangunan Perumahan hanya sebesar 1,142,000, dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,212,000.

Selain itu, izin pendirian gedung di Amerika Serikat juga terus mengalami penurunan, dari bulan Juli yang turun sebesar -0.8% dan turun sebesar -0.4% MoM pada bulan Agustus atau tercatat sebesar 1,139,000, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,144,000.

Sentiment lainya juga datang dari Jepang, dimana Yen mengalami penguatan setelah Bank Of Japan terlihat kehabisan cara dalam memberikan stimulus moneter untuk memacu pertumbuhan ekonomi Jepang. Pada perdagangan hari ini Bank Of Japan akan mengumumkan suku bunga acuan Jepang.

Adapun harga minyak mentah dunia tercatat bergerak bervariasi, dimana minyak WTI tercatat menguat sebesar +0.32% pada level 43.44 USD/barel dan minyak Brent mengalami pelemahan sebesar -0.17% pada level 45.87 USD/barel.

Pergerakan tersebut terjadi setelah Menteri Energi Aljazair mengatakan bahwa 14 anggota group akan melakukan pertemuan secara formal untuk mencari cara memotong pasokan minyak mentah 1 juta barel per hari demi kembali mencapai keseimbangan pasar dan menstabilkan harga.

Sementara itu, dari dalam negeri, belum ada data ekonomi terbaru yang rilis, tetapi pada pekan ini Investor sangat menunggu beberapa data mengenai suku bunga acuan, yaitu The Fed, BOJ dan 7 days reverse repo dari Bank Indonesia.

"Ketiga sentiment tersebut akan menjadikan acuan Investor dalam memberikan keputusan Investasi selanjutnya," jelasnya.

Dan mengenai perkembangan realisasi Tax Amnesty, lanjut Putu, sampai hari ini tercatat uang tebusan mengalami peningkatan sebesar Rp 3.1 Triliun atau meningkat sebesar 12.92% menjadi Rp 27.1 Triliun dari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 24 Triliun atau telah mencapai 16.42% dari target pemerintah yang sebesar 165 Triliun, Jumlah Harta yang telah dilaporkan adalah sebesar Rp 1,131 Triliun.

Menurut Direktur Eskekutif Center for Indonesia Taxation Analisis, Yustinus Prastowo, penerimaan sebesar itu sangat jauh dari target dan maka dari itu beliau membuat petisi melalui change.org. Isinya, agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperpanjang periode pertama tax amnesty.

Karena memang kendala periode pertama pengampunan pajak berlaku mulai tanggal 1 Juli 2016 lalu hingga akhir September yaitu karena persiapan yang terbatas, pada tiga bulan pertama tersebut juga pemerintah masih dalam periode sosialisasi dan aturan teknis yang dirilis secara bertahap membuat masyarakat ragu dalam memastikan langkah untuk mengikuti tax amnesty pada awal periode.

Sementara itu, pada perdagangan kemarin yang digambarkan oleh chart paling akhir berwarna hitam, menunjukkan bahwa IHSG tertahan oleh resistance 5,336, dimana sekaligus menjadi resistance trend line.

"Sejak bulan Agustus, pola down trend telah mulai terbentuk dan pergerakan IHSG pada hari ini akan mengkonfirmasi arah downtrend tersebut," terang Putu.

Lebih lanjut dikatakan, koreksi IHSG lebih cenderung besar terjadi seiring spekulasi terkait The Fed dan Bank Of Japan.

Investor asing juga mengkonfirmasi resistance trend line tersebut dengan melakukan net sell sebesar 440.4 Milyar, merupakan angka yang cukup tinggi untuk mengkonfirmasi pola teknikal. MA 20 juga hampir mendekati MA 50 dan diperkirakan akan berpotongan dan membentuk dead cross.

"Tetapi sekali lagi, pergerakan hari ini sebagai konfirmasi dari indikator tersebut. IHSG pada hari ini kami perkirakan akan bergerak pada range 5,250 - 5,340," ujarnya.

"Lagi - lagi, seiring data fundamental yang belum positif dan indikator teknikal yang menunjukkan ketidakpastian, kami tetap menyarankan agar Investor menunggu terlebih dahulu dalam melakukan transaksi, saran kami adalah lebih baik menunggu dari pada melakukan cut loss," tandas Putu.