Harga Emas Berjangka Merosot Terpengaruh Data Ekonomi AS Terbaru
Pasardana.id - Harga emas berjangka di COMEX New York Mercantile Exchange merosot pada Kamis (15/9/2016) setelah terpengaruh data ekonomi Amerika Serikat yang terbaru. Seperti dilansir Xinhua, harga emas untuk pengiriman Desember merosot US$8,10, atau sekitar 0,61 persen, menjadi US$1.318,00 per ons.
Harga emas berjangka terpengaruh laporan Departemen Tenaga Kerja AS yang rilis pada Kamis, yang menunjukkan klaim pengangguran awal hanya naik 1.000 menjadi 260.000, lebih rendah dari ekspektasi. Para analis percaya rendahnya klaim pengangguran merupakan indikasi kondisi positif perekonomian AS, memicu para investor mengalihkan investasi mereka dari bentuk logam mulia.
Sedangkan Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) yang dirilis Departemen Tenaga Kerja Negeri Paman Sam menunjukkan angka indeks tetap datar pada bulan Agustus, dengan kategori pangan dan energi naik 1,0 persen year-on-year.
Harga logam mulia juga terpengaruh laporan Philadelphia Fed Business Outlook Survey yang dirilis Philadelphia Federal Reserve yang menunjukkan indeks kondisi bisnis secara umum meningkat hingga mencapai level 12,8, jauh lebih tinggi dari perkiraan 4,9.
Walau berbagai data positif telah dirilis, namun para investor tetap beranggapan bahwa The Fed baru akan menaikkan tingkat suku bunga dari 0,50 menjadi 0,75 pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember. Menurut instrumen Fedwatch CME Group, probabilitas kenaikan suku bunga The Fed pada September adalah 12 persen, pada November adalah 19 persen, dan pada Desember adalah 46 persen.
Harga emas berjangka tercegah turun lebih jauh setelah indeks dolar AS turun 0,06 menjadi 95,270. Emas dan dolar AS biasanya bergerak berlawanan arah, ketika dolar AS turun, maka penurunan harga emas berjangka teredam.
Dalam perdagangan di COMEX, harga perak untuk pengiriman Desember turun 2,5 sen, atau sekitar 0,13 persen, menjadi US$19,041 per ons. Harga platinum untuk pengiriman Oktober merosot US$7,10, atau sekitar 0,68 persen, menjadi US$1.033,80 per ons.

