ANALIS : Indikator Ekonomi Belum Mampu Menopang Tenaga Bagi IHSG Untuk Menguat
Pasardana.id - Dalam laporan riset harian yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Kamis (15/9/2016), Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan mengungkapkan bahwa bursa Wall Street ditutup bervariasi, dimana Dow Jones tercatat melemah -0.18% pada level 18,034.77, S&P 500 tercatat melemah -0.06% pada level 2,125.77 sedangkan Nasdaq tercatat menguat +0.36% pada level 5,173.77.
Konsolidasi dengan kecenderungan melemah terjadi karena pergerakan Bursa Wall Street terbebani sektor energy yang mengalami pelemahan akibat berlanjutnya penurunan harga minyak mentah dunia, tetapi saat Bursa Wall Street mampu ditopang oleh kenaikan saham Apple Inc yang menjadi top gainers pada perdagangan semalam. Sektor kesehatan juga mampu menahan laju penurunan Bursa Wall Street.
"Bursa Wall Street memang relatif lebih fluktuatif selama beberapa minggu terakhir, karena pertimbangan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat, Bank Sentral Eropa yang menolak memberikan stimulus tambahan, serta Bank Of Japan yang hanya akan memantau perkembangan dampak kebijakannya," papar Putu.
Ditambahkan, data ekonomi Amerika Serikat yang baru rilis juga menunjukkan perbaikan, walaupun secara bulanan mengalami penurunan, seperti Export Prices Amerika Serikat pada bulan Agustus mengalami penurunan sebesar -0.8% MoM, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0.2% MoM, tetapi secara tahunan mengalami perbaikan dan tercatat sebesar -2.4% YoY dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar -3%.
Import Prices bulan Agustus mengalami penurunan -0.2% MoM dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0.1% MoM, tetapi secara tahunan tercatat mengalami perbaikan sebesar -2.2% YoY, lebih baik dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar -3.7% YoY.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia kembali mengalami penurunan tajam, dimana minyak WTI tercatat melemah sebesar -2.85% pada level 43.62 USD/barel dan minyak Brent mengalami penurunan sebesar -2.34% pada level 46 USD/barel.
Pelemahan kembali terjadi, walaupun data cadangan minyak mentah Amerika Serikat yang dirilis EIA tercatat berkurang menjadi -0.559 Juta barel, lebih rendah dari estimasi pasar yang surplus sebesar 4 Juta barel. Tetapi masih ada kendala oversupply, dimana terjadi spekulasi bahwa negara anggota OPEC yaitu Libya dan Nigeria akan meningkatkan ekspor dalam beberapa minggu.
Libya mengatakan bahwa akan membuka pembatasan penjualan dari tiga pelabuhann dan berpotensi membuka kuota minyak 300,000 barel per hari dan Exxon Mobil Corp dikatakan siap untuk melanjutkan pengiriman dari Nigeria yang merupakan negara produsen minyak terbesar di Afrika.
Dari Eropa, data Industrial Production bulan Juli mengalami penurunan -1.1% MoM, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0.8% MoM dan secara tahunan tercatat -0.5% YoY, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0.7% YoY.
Sedangkan dari Jepang, Industrial Production bulan Juli mengalami penurunan -0.4% MoM, jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2.3% MoM dan secara tahunan anjlok sebesar -4.2% YoY, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar -1.5% YoY.
Adapun dari dalam negeri, saat ini Investor tengah menunggu data Neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus yang diperkirakan surplus sebesar $ 0.45 Milyar, lebih rendah dari dari bulan Juli yang tercatat sebesar $ 0.59 Milyar, tetapi Ekspor diperkirakan mengalami perbaikan menjadi -8.8% YoY dan Import juga mengalami perbaikan menjadi -10.55% YoY.
Lebih lanjut, Putu juga mengungkapkan mengenai perkembangan realisasi Tax Amnesty, dimana pada hari kemarin tercatat uang tebusan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.89 Triliun menjadi Rp 11.2 Triliun dari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 9.31 Triliun atau telah mencapai 6.8% dari target pemerintah yang sebesar 165 Triliun. Sedangkan jumlah harta yang telah dilaporkan adalah sebesar Rp 482.3 Triliun dari 59,549 wajib pajak dan dana repatriasi mengalami peningkatan menjadi Rp 23.5 Triliun.
"Melihat kondisi data diatas, kami melihat bahwa IHSG masih terus mengalami pelemahan, namun bersifat terbatas, mengingat penurunan Indeks sudah cukup dalam sejak 8 September 2016. Indikator ekonomi belum mampu menopang atau memberikan tenaga bagi IHSG untuk mengalami penguatan, dan apabila penguatan terjadi, menurut kami itu hanya merupakan teknikal rebound. Tetap waspadai pergerakan IHSG, karena saat ini bottom dari IHSG belum terlihat," jelas Putu.
Ditambahkan, pada perdagangan kemarin, support 5,200 telah ditembus IHSG, dan hari ini realisasi Tax Amnesty yang terjadi penambahan 1 Triliun lebih dalam satu hari dapat menjadi penyokong IHSG, tetapi tetap waspadai pelemahan harga minyak mentah dunia, saat ini kurangi bobot pada sektor yang berbasis minyak dan komoditas.
"Indeks kami perkirakan akan bergerak pada range 5,120 - 5,200. Kami menyarankan agar Investor mulai melakukan pembelian dengan metode Buy On Weakness dan bersifat jangka pendek saja untuk menangkap potensi teknikal rebound. Fokus kami adalah saham saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar dan telah mengalami penurunan dalam. Secara historis memang saham tersebut yang lebih dahulu mengalami penguatan disbanding saham saham lainnya," pungkas Putu.

