ANALIS : Menunggu Sentimen Positif, Indeks Bergerak Konsolidasi
Pasardana.id - Dalam laporan riset hariannya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Rabu (14/9/2016), Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan mengungkapkan bahwa Bursa Wall Street ditutup mengalami pelemahan, dimana Dow Jones tercatat melemah -1.41% pada level 18,066.75, S&P 500 tercatat melemah -1.48% pada level 2,127.02 dan Nasdaq tercatat melemah -1.09% pada level 5,155.25.
"Jatuhnya Bursa Wall Street lebih cenderung dipengaruhi oleh pelemahan tajam harga minyak mentah dunia, walaupun sentiment akan keputusan The Fed mengenai kenaikan suku bunga acuan Amerika masih tampak tinggi, tetapi sentiment The Fed sudah sedikit mereda setelah pernyataan dari Gubernur The Fed Lael Brainard yaitu The Fed harus lebih berhati - hati dalam menaikkan suku bunga, walaupun perekonomian Amerika Serikat saat ini sudah berangsur - angsur naik mengikuti target The Fed sebagai acuan menaikkan suku bunga Amerika Serikat," papar Putu.
Menurut survey, lanjutnya, probablitas kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat pada bulan September mengalami penurunan menjadi hanya 20%.
Disisi lain data Indeks Optimisme Bisnis Amerika Serikat mengalami penurunan menjadi 94.4 pada bulan Agustus, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 94.6.
"Optimisme Bisnis mengalami penurunan diperkirakan terkait spekulasi keputusan The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat," ujar Putu.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia mengalami penurunan tajam, dimana minyak WTI tercatat melemah sebesar -2.77% pada level 45.01 USD/barel dan minyak Brent mengalami penurunan sebesar -2.65% pada level 47.04 USD/barel.
Pelemahan berlanjut semenjak 8 September 2016, dengan harga WTI saat itu 47.62 USD/barel dan Brent 49.99 USD/barel, hal tersebut terjadi karena banyak faktor, diantaranya rilis data Baker Hughes Inc yang mencatatkan adanya aktivitas peningkatan rig menjadi 414, tertinggi sejak Februari.
Selanjutnya, EIA memprediksi bahwa cadangan minyak dunia akan terus menumpuk hingga tahun 2017 seiring penurunan permintaan dari China dan India. OPEC juga merevisi persediaan dari luar produsen OPEC dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2017, yang terakhir adalah pasar memprediksi bahwa cadangan minyak Amerika Serikat yang akan dirilis pada pekan ini oleh EIA mengalami peningkatan menjadi 4 Juta barel.
"Investor sangat menunggu kepastian dari pertemuan OPEC di Algiers pada bulan ini," terang Putu.
Dari China, data - data ekonomi yang dirilis cukup menarik dan positif, dimana Industrial Production pada bulan Agustus tumbuh sebesar 6.3% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6.0% YoY,
Penjualan Ritel mengalami peningkatan pada bulan Agustus sebesar 10.6% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10.2% YoY, Foreign Direct Investment juga mengalami peningkatan pada bulan Agustus menjadi 4.5% YoY, dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4.3% YoY.
Sedangkan Investasi Asset Tetap stagnan pada level 8.1% YoY pada bulan Agustus, tetapi data positif diatas tidak mampu mengangkat Bursa China, dimana Indeks Shanghai selama jam perdagangan berada pada zona merah dan pada akhir sesi hanya menguat +0.05% pada level 3,023.51 dan Indeks Hang Seng sempat menguat tajam pada awal perdagangan, tetapi berakhir melemah pada akhir sesi -0.32% pada level 23,215.76.
Lebih lanjut diungkapkan, dari dalam negeri, setelah data penjualan ritel bulan Juli Indonesia mengalami penurunan menjadi 6.7% YoY, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16.4% YoY, saat ini Investor tengah menunggu data pertumbuhan kredit Indonesia dan data neraca perdagangan Indonesia.
"Neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus diperkirakan surplus sebesar $ 0.45 Milyar, lebih rendah dari dari bulan Juli yang tercatat sebesar $ 0.59 Milyar, tetapi Ekspor diperkirakan mengalami perbaikan menjadi -8.8% YoY dan Import juga mengalami perbaikan menjadi -10.55% YoY," jelas Putu.
Mengenai perkembangan realisasi Tax Amnesty, dimana pada hari kemarin tercatat uang tebusan hanya bertambah sebesar Rp 380 Milyar menjadi Rp 9.31 Triliun dari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 8.93 Triliun atau telah mencapai 5.6% dari target pemerintah yang sebesar 165 Triliun, Jumlah Harta yang telah dilaporkan adalah sebesar Rp 405.6 Triliun dari 51,783 wajib pajak dan dana repatriasi mengalami peningkatan menjadi Rp 19 Triliun.
"Melihat kondisi data diatas, kami melihat bahwa IHSG masih terus mengalami pelemahan, namun bersifat terbatas dan diperkirakan akan tertahan pada angka psikologis 5,200, ini merupakan support kuat sebagai acuan Investor menunggu data ekonomi positif selanjutnya, mengingat saat ini belum di rilis data positif dari dalam negeri maupun luar negeri, bahkan pada area 5,200 ini IHSG diperkirakan akan mengalami konsolidasi. Pada perdagangan kemarin MA 50 kembali berhasil ditembus, maka berdasarkan indikasi teknikal tersebut, pelemahan IHSG dalam jangka pendek dan menengah masih akan terus berlanjut," paparnya.
Ditambahkan, keputusan investasi Investor selanjutnya akan dipengaruhi oleh hasil rapat The Fed pada tanggal 21 - 22 September dan rapat OPEC pada bulan September ini di Algiers.
"Indeks kami perkirakan akan bergerak pada range 5,200 - 5,250. Untuk Hari ini cermati sektor Perbankan dan Konstruksi," tandas Putu.

