Imbal Hasil SUN Berdenominasi Dollar AS Cenderung Turun
Pasardana.id - Dalam laporan riset hariannya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Rabu (31/8/2016), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, bahwa perubahan harga Surat Utang Negara yang cenderung terbatas pada perdagangan kemarin didorong oleh pelaku pasar yang masih mencermati data ekonomi yang akan dirilis pada pekan ini seperti data inflasi domestik maupun data sektor tenaga kerja Amerika yang akan menjadi dasar pertimbangan Bank Sentral untuk menentukan kebijakan moneternya.
"Namun demikian, beberapa seri Surat Utang Negara terutama pada tenor panjang terlihat mengalami kenaikan setelah hasil dari pelaksanaan lelang menunjukkan penurunan minat investor yang diikuti juga oleh kenaikan tingkat imbal hasil yang diminta oleh investor," jelas I Made.
Sementara itu, lanjut I Made, dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan meskipun dengan perubahan yang terbatas di tengah penurunan imbal hasil surat utang global pada perdagangan di hari Senin.
Imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 masing - masing mengalami penurunan sebesar 2 bps dan 1 bps di level 3,26% dan 4,31%. Adapun untuk imba hasil dari INDO-20 mengalami penurunan kurang dari 1 bps pada level 2,10%.
"Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin terlihat mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya seiring dengan pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara," tuturnya.
Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp15,36 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp9,84 triliun.
Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp6,11 triliun sekaligus menjadi Surat Utang Negara yang paling aktif diperdagangkan sebanyak 146 kali transaksi.
Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 108,78% dengan tingkat imbal hasil sebesar 7,13%.
Sementara itu Sukuk Negara Ritel seri SR007 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp524,55 miliar dari 13 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 102,45% dengan tingkat imbal hasil sebesar 6,56%.
Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp925 miloar dari 34 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 (BNLI01SBCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp230 miliar serta menjadi obligasi korporasi yang paling aktif diperdagangkan, sebanyak 15 kali transaksi.
"Obligasi dengan peringkat "idAA+" dan akan jatuh tempo pada 19 Desember 2019 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 102,24% dengan tingkat imbal hasil sebesar 8,60%," jelasnya.
Adapun nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah terbatas pada level 13268,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 1,00 pts (0,01%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya.
Bergerak terbatas pada kisaran 13247,00 hingga 13274,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sempat dibuka menguat pada awal perdagangan.
Sedangkan dari mata uang regional, Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan terhadap dollar Amerika dan diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD).
Adapun Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika dan diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR).

