Spekulasi Terhadap Kenaikan Fed Rate Dorong Kenaikan Imbal Hasil SUN
Pasardana.id - Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra dalam riset hariannya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Selasa (23/8/2016) mengungkapkan bahwa pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah spekulasi pelaku pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) sebagai respon atas pidato dari beberapa anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.
"Spekulasi terhadap kenaikan FFR kembali meningkat setelah salah satu anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika dalam pidatonya menyampaikan bahwa ekonomi Amerika cukup kuat sehingga hal tesebut mendukung untuk kenaikan FFR. Dampak dari pidato tersebut mendorong menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang global yang juga berdampak terhadap instrumen surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir pekan," papar I Made.
Secara keseluruhan, lanjut dia, koreksi harga yang terjadi kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan masing - masing sebesar 10 bps untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun di level 6,66% dan 6,91%. Adapun untuk tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 7,22% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 7,35%.
Kenaikan imbal hasil juga terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika. Pada perdagangan kemarin, keseluruhan seri mengalami kenaikan imbal hasil, dimana untuk seri INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 2 bps pada level 2,126%.
Adapun untuk seri INDO-26 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 7 bps pada level 3,216% didorong oleh koreksi harga yang sebesar 65 bps dan imbal hasil dari INDO-46 yang ditutup dengan kenaikan sebesar 4 bps pada level 4,287% didorong oleh adanya koreksi harga sebesar 80 bps.
Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin juga menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp9,23 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,93 triliun.
"Obligasi Negara seri FR0069 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,00 triliun dari 31 kali transaksi di harga rata - rata 103,26%," jelas dia.
Adapun Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara yang paling aktif diperdagangkan, sebenyak 95 kali transaksi dengan volume perdagangan senilai Rp1,17 triliun.
Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,47 triliun. Obligasi Berkelanjutan III Adira Finance Tahap IV Tahun 2016 Seri B (ADMF03BCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp611 miliar sekaligus menjadi obligasi korporasi yang paling sering diperdagangkan yaitu sebanyak 11 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idAAA" dan akan jatuh tempo pada 26 Juli 2019 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,10% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 8,709%.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 63,00 pts (0,48%) pada level 13226,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13160,00 hingga 13255,00 per dollar Amerika dan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika.
Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika dan diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan rupiah.
Pelemahan mata uang regional terjadi seiring dengan penguatan dollar Amerika terhadap mata uang global di tengah spekulasi terhadap kenaikan FFR.

