ANALIS : Harga SUN Masih Berpeluang Mengalami Penurunan
Pasardana.id - Pada perdagangan hari ini, Selasa (23/8/2016), diperkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak berfluktuasi dengan masih berpeluang untuk mengalami penurunan harga di tengah pelaku pasar yang menantikan pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika pada akhir pekan ini.
"Spekulasi terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate) telah mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara yang terlihat sejak akhir pekan kemarin," kata I Made Adi Saputra, analis fixed income MNC Securities kepada Pasardana.id, di Jakarta, Selasa (23/8/2016).
Namun demikian, lanjut I Made, pada perdagangan hari ini diperkirakan tekanan jual akan mereda dengan volume perdagangan yang tidak begitu besar di tengah pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi hingga kejelasan arah kebijakan yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika.
"Pelaku pasar berharap arah kebijakan tersebut setidaknya secara tersirat akan disampikan oleh Gubernur Bank Sentral Amerika pada pidatonya di akhir pekan ini," ujarnya.
Ditambahkan, meredanya tekanan jual pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh hasil dari perdagangan surat utang global yang pada perdagangan kemarin imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan setelah sempat naik di akhir pekan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 1,5509% dari posisi penutupan di akhir pekan di level 1,579%.
Adapun imbal hasil surat uatng Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup dengan penurunan imbal hasil pada level -0,084% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,034%. Sementara itu imbal hasil surat utang Jepang justru terlihat mengalami kenaikan di level -0,075% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,083%.
"Adapun secara teknikal, koreksi harga yang terjadi dalam dua hari perdagangan terakhir telah mendorong timbulnya sinyal tren penurunan harga Surat Utang Negara, sehingga dalam jangka pendek harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami koreksi," tutur I Made.
Lebih lanjut ia menyarankan kepada pelaku pasar untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, koreksi harga yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk mulai kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara di tengah peluang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.
"Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik bagi investor, diantaranya adalah seri FR0071, FR0052, FR0073, FR0054, FR0058, FR0065, FR0068, FR0072 dan FR0067," sahutnya.
"Selain itu investor dapat pula megikuti lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diadakan oleh pemerintah pada hari ini, dimana pemerintah berencana menerbitkan SBSN senilai Rp4 triliun dari lima seri SBSN yang ditawarkan kepada investor," lanjutnya.
Berikut ini beberapa info seputar perdagangan Surat Utang Negara yang dapat menjadi acuan pelaku pasar, antara lain;
Penawaran Sukuk Tabungan Seri ST-001 Tahun 2016. Masa penawaran Sukuk Tabungan seri ST-001 Tahun 2016 dimulai pada tanggal 22 Agustus s.d. 2 September 2016. Sukuk Tabungan seri ST-001 memiliki jangka waktu 2 tahun dan memberikan tingkat imbalan sebesar 6,9% per tahun. Pembayaran imbalan dilakukan secara bulanan dalam jumlah tetap (fixed).
Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara Seri SPN-S24022017 (new issuance), PBS009 (reopening), PBS006 (reopening), PBS011 (reopening), dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 23 Agustus 2016.
Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 23 Agustus 2016. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S dan SBSN PBS berbasis proyek (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2016. Target penerbitan adalah senilai Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah).

