Swasta Diuntungkan Dari Penurunan Biaya Interkoneksi?

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Telekomunikasi yakni Telekomunikasi Indonesia (Telkom) ditaksir tidak mengalami penurunan pendapatan pada 2016.

Hal ini terkait penerbitan Surat Edaran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) berisi penurunan biaya interkoneksi sebesar 26% untuk 18 skema panggilan seperti Rp250 per menit menjadi Rp204 per menit pada awal September 2016.

"Penurunan biaya interkoneksi ini justru bisa menguntungkan operator telekomunikasi dalam jangka panjang," kata Pengamat Teknologi Informasi (TI) Ibrahim Kholilul Rohman di Jakarta, belum lama ini.

Pemberlakukan biaya ini diproyeksikan mendorong kenaikan pemakaian telepon. Angka ini bisa mencapai 40%.

"Turunnya pendapatan biaya interkoneksi akan diikuti dengan turunnya beban interkoneksi yang harus dibayarkan," jelasnya.

Sejumlah operator telekomunikasi di negara-negara lain tidak mengalami penurunan pendapatan akibat penerapan penurunan biaya interkoneksi. Pemain-pemain ini berada di negara-negara Eropa dan Afrika Selatan.

Sebelumnya, penurunan pendapatan Telkom dikhawatirkan Anggota DPR Komisi XI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) DPR, Refrizal yang memperkirakan kerugian akan dialami Telkom sebesar Rp50 triliun akibat penerapan aturan tersebut.

Pada kesempatan terpisah Analis PT Bahana Securities Leonardo Henry Gavaza juga berpendapat, Telkom bakal merugi akibat pemberlakuan penurunan biaya interkoneksi. Namun, dia tidak menyebutkan secara gamblang kerugian yang dimaksudnya.

Adapun keuntungan penerapan aturan ini akan diperoleh XL Axiata dan Indosat Ooredeoo berupa penghematan biaya interkoneksi. Sekali lagi tidak disebutkan berapa besar biaya tersebut.

Laporan keuangan 2015 XL menyebutkan, pendapatan interkoneksi diraih Rp2,391 triliun, sedangkan beban interkoneksi dialami Rp2,320 triliun. Jadi, keuntungan dicapai Rp70 triliun.

Sebelumnya, Indosat mengalami kerugian Rp400 miliar akibat beban intrekoneksi dicapai Rp2,3 triliun. Padahal, pendapatannya hanya Rp1,9 triliun.