Perekonomian Tiongkok Relatif Stabil Bulan Mei Lalu
Pasardana.id - Data ekonomi terbaru yang dikeluarkan pemerintah Tiongkok pada Senin (13/6/2016) menunjukkan kondisi perekonomian Tiongkok relatif stabil pada bulan Mei.
Seperti dilansir Xinhua, penjualan ritel mempertahankan pertumbuhan yang baik sedangkan investasi berkurang dengan perbaikan struktur.
Pertambahan nilai hasil produksi industri, yang merupakan salah satu indikator utama pertumbuhan ekonomi, naik enam persen year-on-year pada bulan Mei, tak berubah dari April dan sesuai ekspektasi.
Untuk basis bulanan, hasil produksi industri naik 0,45 persen pada Mei, menurut data yang dirilis National Bureau of Statistics (NBS). Dalam lima bulan pertama, hasil produksi industri naik 5,9 persen dari setahun lalu, naik dari tingkat 5,8 persen dalam periode Januari-April.
Juru bicara NBS Sheng Laiyun menyebutkan data tersebut menunjukkan struktur industrial Tiongkok terus membaik. Tingkat produksi industri manufkatur teknologi tinggi dan peralatan terus menunjukkan pertumbuhan yang baik, masing-masing meningkat 11,5 persen dan 8,5 persen pada Mei.
Penjualan ritel naik 10 persen pada Mei dari setahun sebelumnya, dibandingkan dengan peningkatan 10,1 persen pada April.
Pertumbuhan investasi aset tetap melemah, menjadi sekitar 9,6 persen antara bulan Januari-Mei seiring berkurangnya permintaan dan terjadinya kapasitas industri yang berlebih, yang menyebabkan beban tambahan bagi perekonomian. Pada kuartal pertama 2016 peningkatan mencapai 10,5 persen.
Para analis menyebut perlambatan yang terjadi disebabkan turunnya investasi swasta, hingga menjadi 3,9 persen pada periode Januari-Mei dari sebelumnya 5,2 persen pada kuartal pertama 2016. Investasi swasta mencakup 62 persen dari total investasi pada lima bulan pertama tahun ini.
Menurut Sheng, perlambatan investasi swasta menunjukkan momentum pertumbuhan ekonomi harus diperkuat. Meski demikian, Sheng juga menyebut struktur investasi membaik dengan lebih banyaknya dana yang digunakan pada sektor teknologi tinggi dan jasa, dan lebih sedikitnya dana yang disalurkan kepada industri yang mengonsumsi energi tinggi atau telah kelebihan kapasitas.
Perekonomian Tiongkok relatif stabil meski kurang mendukungnya kondisi dalam negeri maupun global, dan kondisi ini akan bertahan. Tiongkok, lebih lanjut Sheng menjelaskan, akan terus menggenjot reformasi stuktural sisi persediaan dengan mengembangkan permintaan secara umum.
GDP Tiongkok naik 6,7 persen year-on-year pada kuartal pertama, pertumbuhan paling lambat sejat krisis keuangan global pada awal 2009, namun masih tetap sejalan dengan target pemerintah untuk 2016, antara 6,5 persen sampai 7 persen.

