Triwulan I 2016, Produksi Nikel Vale Indonesia Turun 3%
Pasardana.id - Upaya menajemen PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk mendongkrak produksi nikel pada tahun ini tampak belum berhasil. Ini antara lain disebabkan oleh kondisi bisnis pertambangan nikel yang masih belum pulih. Selain itu, faktor cuaca dan iklim juga tampak mempengaruhi produksi INCO, paling tidak hingga triwulan pertama 2016.
Manajemen perseroan melaporkan, volume produksi nikel PT Vale Indonesia (INCO) mencapai 16.894 ton pada triwulan pertama tahun 2016. Produksi nikel perseroan tersebut turun 3,3% dibanding periode yang sama 2015 yang mencapai 17.476 ton nikel.
Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur INCO mengemukakan dalam keterbukaan informasi yang diumumkan, Kamis (21/4), produksi nikel pada triwulan pertama 2016 masih lebih rendah dibandingkan triwulan ke-4 2015 yang mencapai 22.302 ton.
"Meski begitu, kami tetap optimistis dapat mencapai target produksi sebesar 80.000 ton pada 2016," kata Nico. Nico menambahkan, volume produksi nikel Vale Indonesia (INCO) pada triwulan I 2016 sekitar 24% lebih rendah dari triwulan ke-4 tahun 2015.
Pada 2015, INCO mencatatkan volume produksi tertinggi dalam sejarah yakni mencapai 81.177 metrik ton. Kendati begitu, lonjakan produksi nikel tersebut tidak diikuti dengan kinerja laba perseroan.
Laba emiten tambang nikel tersebut justru merosot hingga 70,6% menjadi US$50,5 juta dari tahun sebelumnya US$172,27 juta. Penurunan laba perseroan tersebut antara lain disebabkan oleh merosotnya harga jual produk nikel tahun lalu.
Produksi nikel INCO yang turun pada triwulan I 2016 rupanya ikut berdampak negatif terhadap pergerakan sahamnya di bursa. Pada perdagangan sesi I, Jumat (22/4) saham INCO terpantau di Rp1.955 per unit, turun Rp35 dibanding penutupan, Kamis (21/4) sebesar Rp1.990 per unit. Kendati harganya turun, saham INCO aktif diperjualbelikan investor dengan volume transaksi mencapai 95.599 lot dengan nilai Rp18,879 miliar.

