Beban Keuangan Naik, Laba 2015 Steel Pipe Industry of Indonesia Anjlok 26%

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Pertumbuhan penjualan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) ternyata belum cukup kuat untuk mendorong labanya ke tingkat lebih tinggi, setidaknya hingga akhir tahun 2015.

Ini lantaran kenaikan penjualan lebih rendah dibanding peningkatan beban operasional. Manajemen perseroan rupanya tidak berhasil menekan beban keuangan, beban umum dan adminsitrasi, serta beban lain-lain.

Hal tersebut menyebabkan kinerja laba emiten produsen baja tersebut anjlok cukup dalam pada 2015.

Kenyataan tersebut terungkap dari laporan keuangan tahun 2015 yang diumumkan di Jakarta, Kamis (21/4).

Disebutkan, laba ISSP turun sebesar 26% menjadi Rp159,01 miliar (Rp22,19 per saham) pada tahun 2015 dibanding pencapaian laba Rp214,90 miliar (Rp29,91 per saham) pada tahun 2014.

Penurunan laba ISSP tersebut terjadi di tengah peningkatan penjualan dan pendapatan jasa sebesar 6,4%, yaitu dari Rp3,368 triliun menjadi Rp3,584 triliun pada tahun 2015.

Seiring pendjualan,beban pokok penjualan ISSP relatif stabil, yaitu Rp2,8 triliun pada 2015. Kenyataan tersebut mampu mendorong laba kotor produsen baja itu naik 79%, dari Rp564,29 miliar menjadi Rp772,96 miliar.

Akan tetapi, pada saat yang sama beban penjualan dan distribusi emiten beraset Rp5,45 triliun per Desember 2015 itu bertambah 21,3% menjadi Rp159,77 miliar.

Beban umum dan administrasi ISSP juga meningkat 34,5% menjadi Rp106,26 miliar. Demikian pula halnya dengan beban keuangan ISSP naik 50,6% menjadi Rp239,14 miliar, dan beban lain-lain meningkat 20,77% menjadi Rp151,03 miliar.

Hal inilah yang mengakibatkan laba sebelum pajak ISSP turun 25,6%, dari Rp262,02 miliar menjadi Rp194,90 miliar pada 2015.

Penurunan kinerja laba ternyata tidak hanya dialami oleh ISSP. Umumnya, emiten produsen baja mencatat penurunan kinerja keuangan pada tahun lalu. Pemicunya juga hampir sama yakni beban operasional emiten yang meningkat lebih tinggi dibanding penjualan yang diraihnya.

Di sisi lain, perlambatan ekonomi domestic yang diikuti dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat serta turun daya beli masyarakat ikut menekan kinerja keuangan ISSP.

Fluktuasi tajam rupiah atas dolar Amerika Serikat menyebabkan perusahaan di bidang perbajaan kesulitan mengatur cash flow. Sementara turunnya daya beli ikut mempengaruhi permintaan terhadap produk baja.

Hal tersebut pada akhir menekan kinerja laga emiten baja di BEI, termasuk ISSP yang labanya anjlok tajam tahun lalu.