MARKET REVIEW Jumat (23/12/2016)

foto : istimewa

Pasardana.id - Dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Jumat (23/12/2016), Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan menyoroti beberapa faktor yang diprediksi bakal mempengaruhi pola pergerakan saham di lantai Bursa efek Indonesia hari ini, Jumat (23/12/2016).

Beberapa faktor tersebut, terangkum dalam market review berikut ini;

Wall Street Review

Bursa Wall Street ditutup kembali mengalami koreksi, dimana Dow Jones tercatat melemah -0.12% pada level 19,918.88, S&P 500 tercatat melemah -0.19% pada level 2,260.96 dan Nasdaq tercatat mengalami pelemahan -0.44% pada level 5,447.42. EIDO yang merupakan Indeks Benchmark saham - saham Indonesia mengalami pelemahan sebesar -1.74% pada level 22.65.

Pelemahan Bursa Wall Street terjadi ditengah rilis data ekonomi yang cukup beragam, dimana Pertumbuhan GDP final pada kuartal III tercatat sebesar 3.5% QoQ, lebih tinggi dari kuartal II yang tercatat sebesar 1.4% QoQ. Angka tersebut juga lebih tinggi dari consensus yang sebesar 3.3% QoQ.

Tetapi di sisi lain, angka pengangguran Amerika Serikat kembali mengalami peningkatan, dimana Initial Jobless Claims pada pekan ini tercatat sebesar 275,000, lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang tercatat sebesar 254,000.

Pesanan barang tahan lama juga mengalami pelemahan sebesar -4.6% MoM pada bulan November, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4.8%.

Koreksi Bursa Wall Street masih terus terjadi, seiring investor menunggu kepastian akan kebijakan fiskal dari Presiden terpilih, Donald Trump.

Yield obligasi Pemerintah Amerika Serikat dengan term 10 tahun mengalami peningkatan pada level 2.554%, sedangkan Indeks Dollar Amerika Serikat mengalami pelemahan sebesar -0.05% pada level 103.020.

Komoditi

Harga minyak mentah dunia mengalami pelemahan, dimana minyak WTI tercatat melemah sebesar -0.53% pada level 52.67 USD/barel dan minyak Brent mengalami pelemahan sebesar -0.42% pada level 54.82 USD/barel.

Harga Emas mengalami penguatan tipis +0.13% pada level 1,129.79, harga batu bara untuk kontrak bulan Januari 2017 masih mengalami penguatan sebesar +1.18% pada level 90.00 USD/metric tonnes. Untuk harga CPO berdasarkan MPOC tercatat mengalami pelemahan sebesar -1.22% pada level 3,076 RM/metric tonnes.

Harga tembaga mengalami penguatan +0.54% pada level 251.30 USD/lb.

Pelemahan harga minyak mentah dunia terjadi setelah the Energy Information Administration (EIA) merilis data cadangan minyak mentah Amerika Serikat tercatat meningkat menjadi 2.256 juta barel, hal tersebut lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang tercatat turun menjadi -2.563 juta barel, bahkan peningkatan diatas tidak sesuai dengan konsensus yang mengatakan bahwa cadangan minyak mentah Amerika Serikat masih mengalami penurunan menjadi -2.515 juta barel.

Selain itu, Libya mengatakan akan menambahkan 270.000 barel per hari (bph) untuk produksi nasional setelah jaringan pipa terkemuka dari lapang minyak Sharara dan El Rasakan telah dibuka kembali. Libya National Oil Corporation (NOC) mengatakan lapangan minyak Sharara memproduksi minyak 58.000 barel per hari pada Rabu lalu.

Indonesia Market

Dari dalam negeri, sesuai dengan pelemahan EIDO yang cukup dalam, pada perdagangan kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami pelemahan yang cukup dalam, pelemahan harga minyak mentah dunia ikut membebani sector komoditas pada Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak ada sentiment positif yang dapat menopang laju IHSG.

Sentiment dalam negeri telah berkurang, maka investor saat ini hanya menunggu data akhir tahun 2016, seperti pertumbuhan GDP dan data Inflasi.

Rabu, 21 Desember 2016 IHSG tercatat mengalami pelemahan sebesar -68.522 poin atau -1.341% pada level 5,042.870. tetapi disisi lain Investor asing mencatatkan net buy sebesar 427.4 Milyar.

Pada perdagangan hari ini Investor perlu mewaspadai support IHSG pada level 5,042 - 5,043, apabila area tersebut kembali ditembus oleh IHSG, maka downtrend jangka pendek akan terkonfirmasi terjadi dengan target pelemahan 4,900.

Kami menyarankan agar investor menunggu terlebih dahulu dalam melakukan keputusan, namun apabila IHSG mampu bertahan pada level 5,042 - 5,043, maka selanjutnya merupakan suatu peluang antisipasi rebound IHSG.

Strategi Buy On Weakness bisa dilakukan pada kondisi saat ini untuk mengantisipasi rebound IHSG yang terjadi pada pekan depan yaitu akhir tahun 2016, dan IHSG diperkirakan bergerak pada range harga 5,000 - 5,050.